Minggu, 28 Juni 2015

Pergi

20.37 Posted by Unknown 2 comments
Pergi 
Ntah berjalan menggunakan apa .
Beriringan dengan siapa .
Dan harus kemana .
Sesungguhnya kita tak tahu. 
Pergi 
Secara pilihan 
Aku ingin pergi ke tempat dimana aku akan dilahirkan kembali.
Namun sayang. 
Dia menitipkan ku pada rahim seorang wanita tangguh.
Pergi 
Sebuah kata yang sangat dibenci
Kepergian sangat tak di inginkan 
Tapi olehNya aku diperintahkan pergi.
Entah berapa lama .
Entah kemana .
Entah bersama siapa aku harus pergi.
Sampai nanti IA suruh aku pulang 

Pulang

19.23 Posted by Unknown 2 comments
Pulang
Kata rindu yang ku rangkai 
Tak mampu lagi terucap
Kala itu aku pulang.
Dengan senyum dan peluh yang masih lekat di dahi dan pipi.
Pulang
Saat yang aku tunggu 
Mengadu keharibaanNya 
Bercerita sejak awal aku pergi.
Pulang 
Setelah jauh pergi pun aku harus pulang
Agar kelak bertemu denganNya

Pelangi

19.21 Posted by Unknown 2 comments
Pelangi itu hanya sederatan warna yang indah.
Pelangi itu hadir setelah badai menerpa.
Pelangi itu tidak sesaat saja.
Indah nya terkenang disudut mata.
Bahagianya masih merekah di senyum jingga.
Pelangi itu sekejap pergi.
Pelangi itu ada lagi.

Senin, 08 Juni 2015

Lemon

20.53 Posted by Unknown 1 comment
Lama tak ku jamahi jiwa ini dengan kasih.
Engkau hadir bagaikan malaikat tak bersayap. 
Mampu menyembuhkan ku dari semua luka yang meradang hampir menganga.
Oh indah nya nikmat tuhan 
Nyata nya hingga sampai saat ini aku masih bisa merasakan cinta dari kalian. 
Lamunanku membuyar.
Entah dari mana asal kalian kini aku bahagia. 
Maaf hanya bisa kuucapkan atas segala tingkah laku yang selalu ku perbuat.
Oh tuhan nikmat apa lagi yang harus aku dustakan.
Nyata sungguh bahagia kurasa saat bersama kalian. 
Sahabat tak lekang dek hujan tak lepas dek panas. 
Sahabat tak lekang oleh waktu. 
Aku bangga memiliki kalian. 

Teruntuk kalian semua sahabatku. 
Agung Setiadi Putra
Ana Rossa Lucita
Anggun Selvya 
Astarina Fitriani
Dwi Retno ningsih
Erzarini Kurniati
Irani Safitri
M.Agung Prasetyo
Putrianti
Putri Fadila
Ulia 
Yunia Sundari

#suratsahabat#sahabat#lemon#belajarnulis#nulisrandom2015

Jiwa

20.44 Posted by Unknown No comments
Embun masih sibuk menari diatas dedaunan.
Masih menyisakan dinginnya hawa malam.
Aku masih dengan kesunyian di kegelapan malam.
Mencoba menerka jiwa yang hilang.
Kau 
Kini tinggalkan kan semua kenangan yang semua tlah ku rangkai indah.
Agenda yang tersusun rapi untuk rencana kedepan.
Namun. 
Jiwa itu hilang di kegelapan malam.
Menyisakan kesedihan.

Semesta menjawab

07.56 Posted by Unknown 2 comments
Pagi itu hujan turun dengan pesona nya sendiri. Riuh kencang angin menghempaskan seng-seng rumah. Sesekali guntur pun mendengarkan kemegahannya.
Bintang yang sedari tadi telah terjaga, duduk manis di depan pintu kamarnya. Bersiap jika lampu padam ia bergegas lari ke kamar bapak atau abangnya. 
"Aaaaaa!!!! Lampunya matiii !!" Jeritnya lantang sehingga membuat seluruh orang dirumah kewalahan. "Bintang didepan pintu bapak !!! Abang !!! Kasih lah terang lampu pada bintang agak pacak jalan liat bapak." Sambungnya lagi sambil meneteskan air mata. Tak lama abang pun datang dengan sebatang lilin. Pelukkan abang terasa hangat ditubuh Bintang. Pelan-pelan mereka berjalan menuju kamar bapak. Kini mereka bertiga berada satu kamar. 
"Masih jam 2 pagi, ayo lekas tidur lagi." Kata bapak sambil menyelimuti dua orang penyemangat hidupnya.
"Tapi pak, lampu padam Bintang takut nanti bapak kan pergi tinggal Bintang sama abang." Jawab bintang sambil memeluk bapaknya.
"Iya nanti bintang kan cerewet padaku pak." Timbal abangnya yang ikut berpelukkan juga.
-
Jam menunjukan pukul 06.45 waktu indonesia bagian barat. Bintang bergegas mengenakan sepatu dan dasi nya. 
Pagi ini jadwal piket kelas. Bisa-bisa kena denda jika terlambat. Sepeda motor yang digunakan abang sudah tua. Motor Astrea 70
"Bang cepet lah sedikit terlambat lah nanti." Omel Bintang sambil melihat jam ditangan kanan nya.
"Maka nya bawel kalo mau piket mandi nya jangan lama. Udah tau motor abang lelet." Jawab abang nya sambil melirik kaca spion .
Wajah Bintang ditekuk, rona wajahnya tak terlihat menawan. Raut kecemasan tempak jelas dimatanya. Mereka berdua bersekolah ditempat yang sama. Hanya beda 2 tingktan saja. Abang kelas 3 dan Bintang kelas 1. Pun jarak kelas mereka tam begitu jauh.
Tak jarang Bintang selalu bersama ke kantin sekolah bersama abang. Bintang anak yang lumayan manja. Namun cenderung mandiri *. (Mandi sendiri) hhehe .
"Bi, bang iqlal punya pacar ya?" Tanya salah satu temannya saat menuruni anak tangga kelas.
"Gak ada kok kenapa?" Jawab nya heran dan penuh tanya.
"Tapi gosip nya di tempel di mading loh. Liat aja tuh bang iqlal jalan berdua kak rani." 

-
Siang itu keadaan rumah lengah, bapak belum pulang kerja. Dan abang katanya masih ada belajar kelompok. Bintang selalu mengisi waktu kosong dengan menulis atau membaca buku. 
"Apa aku belajar pake hijab saja ya?" Katanya sambil menari di depan cermin menggunakan baju alm ibu nya.
Dres berwarna salem bermotif bunga-bunga dengan hijab warna cream yang di asal padukan oleh Bintang. Sempurna. Matanya berbinar, besar dan bibirnya merah bak mawar yang sedang merekah. 
Rumah masih kosong, abang dan bapak belum pulang. 
-
"Assalamualaikum." Suara perempuan terdengar dari luar. Bergegas ia berjalan menuju ruang tamu. 
"Waalaikumsalam. Anda siapa?" Jawabnya dilanjutkan pertanyaan nya. Bintang memperhatikan dari atas hingga bawah perempuan yang ada didepannya. Tak lama bapaknya menyusul di belakang perempuan itu,lantas tersenyum kearah Bintang. Hatinya tak karuan bertanya-tanya akan tentang perempuan yang ada dihadapannya. Ayah mempersilahkan masuk dan ia pun segera mengambilkan minum kemudian berlalu menuju kamarnya. 
Fikirannya tak tenang. Apa ini suatu rencana dari Allah untuk mengujinya ntahlah. Sekiranya alam juga punya cerita. 
"Aku takkan diam jika perempuan itu adalah kekasih bapak." Suaranya parau sesaat menelpon abangnya. 


Bersambung.
#nulisrandom#belajarnulis

Sabtu, 06 Juni 2015

Ku titipkan rindu

08.12 Posted by Unknown 1 comment
Pada Mu 
Ku lantunkan nada yang merdu.
Berharap belas kasih dan ampunan dariMu.
Pada Mu 
Ku ceritakan kisah yang insan pun tak tahu.
Karna Engkau sebaik tempat mengadu.
Pada Mu 
Setiap malam menjadi indah.
Setiap sentuhan menjadi manja.
Air mengalir dengan nada dan irama.
Sontak saja kulitku menerimanya.
Malam tak ku lewatkan begitu saja. 
Selalu gembira atas cinta yang ada.
Pada Mu 
Aku serahkan hidup dan matiku .
Aku pasrahkan atas segala sesuatu nya.
Malam ini ku mohon pada Mu .
Sampaikan Rindu ku pada ibu .
Kepada nya yang belum sempat aku banggakan.
Kepada nya yang belum puas aku buat tersenyum. 
Kepada nya yang kini berada disisiMu 
Sungguh aku rindu .

#day6#NulisRandom2015

Jumat, 05 Juni 2015

Hati siapa yang tahu

00.37 Posted by Unknown 2 comments
Perasaan itu .
Sebuah rasa yang tak biasa
Mengalir dalam jiwa
Begitu saja
Perasaan itu .
Semacam naluri dalam hati
Yang terus terisi
Hari demi hari 
Perasaan itu .
Milik semua insan 
Tergantung kita mengapresiasikan
Sejauh mana iman bertahan
Perasaan itu .
Suatu cinta yang tersebut dalam doa
Menciptakan suasana bahagia
Dunia seakan milik bersama
Perasaan itu .
Anugrah terindah 
Jika kita selalu menengadah 
Diatas sajadah 
Karna tiada satu pun yang tahu
Akan hati ini , yang terus terselimuti rindu
Rindu yang ku gantung padaNya
Karna hati tiada yang tahu
Betapa besar cintamu padaNya akan aku

Kamis, 04 Juni 2015

Hujan pun meninggalkan cerita

05.30 Posted by Unknown 1 comment
Hujan turun dengan derasnya. Untuk kesekian kalinya ia menikmati hujan. Sendiri. 
Aroma tanah yang dibasahi oleh air masuk melalui lubang hidungku . Ku hirup dalam-dalam. Bauk tanah itu sungguh menggoda . 

15 tahun yang lalu aku masih bisa bermain sepuasnya dengan hujan. Tak jarang saat itu aku sering demam karna kedinginan. 
Ntah apa yang membuatku bahagia ketika hujan turun dengan derasnya. Ritikan airnya menyentuh atap rumah yang menjadi melodi indah untuk penikmat hujan. 
Tatkala hujan aku selalu berlarian kesana kemari. Sambil diteriaki oleh mbah putriku.
"Cah ayu!! Wes toh mainan hujan ntar sakit loh." Mbahku pun berteriak seraya mengejarku menggunakan payung hadiah dari kopi.
"Iya mbah. Ini udah mau selesai. Sebentar lagii aja ya mbah." Suara ku tak kalah besar . Aku terus berlari sesekali aku terjatuh dan aku tertawa bahagia. 
"Udah nduk udah."
"Sabar mbah, aku baik-baik saja"

Mata ku yang tak begitu besar, cenderung sipit. Kulit yang putih dan rambut yang bergelombang. Kini sedang disirami air hangat kuku oleh mbah putriku. 
Mbah yang selalu menyayangiku. Menuruti semua inginku. 
"Bintang, lain kali jangan mandi hujan terus ya nduk."
"Iya mbah." 
Kemudian aku berlari menuju kamar, menari didepan cermin. 
Dres yang bercorak bunga-bunga berwarna hijau toska menyelimuti tubuhku yang mungil ini. 
Mbah putri sangat menjagaku. Baik dirumah maupun di taman kanak-kanak. Meski jarak TK dan rumah tidak begitu jauh. Namun mbah memesankan mobil antar jemput untukku berangkat dan pulang kerumah. 

Aku cucung yang ke 15. Mungkin. Aku juga lupa. Aku yang paling kecil dan paling dimanja. Tetapi aku adalah anak pertama dari ibu dan bapakku. 

-
"Hmm begitu banyak kenangan. Andai waktu bisa diputar." Suaraku gemetar dan akhirnya aku bicara sendiri. Potret yang sedari tadi ku peluk , kini tlah basah banjir akan air mata.
Sore semakin dikejar waktu. Hujan semakin deras membasahi permukiman warga. 
Aku pun masih terdiam di belakang balkon rumahku. Termenung mencoba mengingat rekaman perjalanan hidup selama ini. 

"Bi!!! Lu dimana, penting ada yang mau aku bicarakan!" Suara Tina memecahkan lamunanku.
"Apa Tina! Gue di balkon sini aja." Jawabku tanpa menampakna mukaku.
"Lu tau gak? Ogif nanyain elu terus sama gue! Bosan elu kenapa sih?"
"Kok gue?"

-
Percakapan terhenti . Saat hujan mulai mereda. Pelangi menghiasi senja sore ini. Lengkap keindahan dunia yang sore ini yang ku saksikan. 
Ku hempaskan tubuh ini keatas kasur. Mencoba menenangkan diri. Ini rindu yang tak bisa aku sembunyikan namun terlalu sulit untuk ku ungkapkan. Beberapa kali aku mencari posisi nyaman. Kamarku yang tak begitu luas. Kali ini tempat yang kupilih adalah jendela kamar. Sesekali angin meniupkan hijabku yang menjuntai. Sejuknya menyentuh pipiku. Mataku berair. Bibirku gemetar. 
Tak lama. Suara kodok saling bersautan, merayu meminya hujan pada sang kuasa. 
Benar saja beberapa menit kemudian . Hujan turun dengan damai lagi. Menyisakan kesedihan. 

-
Pagi ini ku dapati beberapa pesan singkat yang menunjukan jadwal kuliah. Dan. Ini pesat siapa?
Pesan pertama. 
"Bi aku kangen. Tak bisakah sekali saja kau angkat telpon ku?"
Pesan kedua.
"Bi ku mohon angkat telpon ku. Maafkan aku bi."
Pesan ketiga.
"Baiklah kali ini aku menyerah sengan jumlah panggilan keluar untukmu melebihi kuota maksimal. 25x ku fikir kau akan membaca pesan ini"

Lambat aku berjalan teroyoh ke kamar mandi. Jam menunjukan pukul 04.45. Bergegas mandi dan bersiap sholat subuh. 
"Bi. Jadi bagaimana?" Tanya ayah memulai pembicaraan setelah sholat selesai.
"Gimana apanya yah?" Tanyaku sambil menyipitkan mata pada ayah.
"Umur mun semakin dewasa. Apa sudah ada lelaki yang memikat hatimu. Tunjukan pada ayah."
"Belum ada yah. Nanti kalo ada juga pasti ajeng kasih tau yah."



*bersambung*

#nulisrandom#belajarmenulis

Rabu, 03 Juni 2015

Surat rindu

09.24 Posted by Unknown No comments
Aku pun tak tahu harus bagaimana memulai perbincangan kali ini, apakah harus ku tanyakan bagaimana kabarnya? Bodoh. Pertanyaann yang klise. Ntah dari mana ia dapatkan nomer ponsel ku yang baru. Ku rasa teman-temannya tak ada yang punya satupun. 
Mungkin ini alasan mengapa bulan ini aku lebih memilih untuk berdiam. Memulai hal baru dengan tragedi yang lama. Peristiwa dimana saat kita jumpa. 

"Bi, kamu gak ikut tes tahun ini?" Tanya putri dengan menggotong ransel yang ku fikir isinya adalah buku. Ternyata batu.
"Tidak. Terlalu banyak praktek yang tak bisa ku tinggalkan." Jawabku sambil tersenyum memastikan mataku tak berkaca-kaca.

Sore ini sama persis seperti 3 tahun yang lalu. Dimana aku masih terus berlatih. Memukul bola. Memblok lapangan. Smash yang pas dan tegas. Melompat tinggi. 
Atau mungkin kebiasan ku yang suka membanting lawan saat kenaikan sabuk. Bahkan berlari yang tak henti sering ku lakukan di gedung ini. 
Dulu aku seorang yang tomboy. Mengikuti banyak kegiatan. Baik sastra mau pun olahraga. Badanku kekar. Membentuk otot di lengan kanan dan kiri. Kaki yang tak begitu menarik. Kulit yang tak begitu putih. Eksotis. 
Sejak di libatkan dengan penyakit Sinusitis akhirnya aku tak lagi melakukan renang rutin di kolam renang tempat mula aku melabuhkan cinta. 
Ku rasa pada pandangan pertama. Hari demi hari ku jalani. Berapa kali mengikuti tes polwan. Selalu gugur ada saja. Kali ini mungkin berlaku semboyan jangan berhenti sebelum menang. 

"Hallo bisa bicara dengan bintang?" Suara di ujung telpon yang sedari tadi mencoba menghubungiku.
"Iya saya sendiri dengan siapa dan ada perlu apa ya?" Jawab ku sedikit ragu.
"Apa kabar? Aku kangen kamu makanya aku coba telpon tetapi tidak kamu angkat."
"Loh kamu siapa?" Sambil mengingat sesuatu yang seakan pernah terjadi. 
"Aku Ogif." 

Ah sementara aku masih saja terduduk di sudut kamar. Mencoba mengingat yang dulu pernah ada. Tanpa susah payah. Rekaman itu terputar lagi. 
2013 tahun lalu. Aku masih hapal kata-kata yang selalu di ucapnya untuk menemani tidur malamku. 
Mendekap hangat sekujur tubuhku. Namun sayang semua melayang. 
Tunggu dulu. Kurasa tidak. Aku lah yang selalu merayu agar keadaan baik-baik saja. Pelukku lah yang selalu mencoba menenangkannya. 
Bukan. Dia hanya sahabat karibku. Sahabat seperjuangan untuk menggapai impian. 

Kali ini aku bangkit. Menerka-nerka yang ada. Andai bangkit dari kenyataan semudah bangkit dari jarak dudukku. Semudah itu akan ku lupakan semua kejadian yang membuat hatiku pilu.
Dua tahun lamanya. Mengapa baru mengabariku sekarang?
Sejenak aku mengenang hadir nya yang tak seberapa itu. Penting bagiku namun tidak untuknya. Aku takut hal yang sama akan terjadi lagi. Benar saja tak lama ku dapati handphone ini berbunyi. Tanda pesan dari Ogif. 
Basi ku rasa. Rangkaian kata merajut rindu yang ada. Namun kini ku tiadakan. 

Selalu ada surat rindu yang ku tuliskan tentangnya. Entah dari mana jari ini menilisnya. 
Semua surat itu terkumpul rapi dalam satu kotak yang mungkin nanti akan aku bakar. 
Surat rindu yang selalu ku buat namun tak selalu aku kirimkan. 

Malam terus berlalu hingga selarut ini pun enggan sekali mata untuk terpejam. Entah karna memang belum kantuk atau karna dia yang tiba-tiba ada dalam benakku?

Aku berjalan keluar kamar mecoba mencari sisa makanan untuk menganjal perutku agar tetidur. Sial. Kali ini ku dapati selembar foto yang jatuh dari dalam buku bersampul merah jambi. Gambar dua muda mudi sedang tersenyum. Gambar yang begitu menarik. 
-
"Bi, ayoklah foto berdua. Sekali aja." Rayu nya saat itu
"Gi, aku lagi badmood. Tolonglah aku capek." Jawab ku dengan sedikit menaiki tangga nada suaraku.
"Bi, liat aku. Aku sayang kamu. Dia hanya masa lalu ku. Ku mohon Bi."
"Gi. Harus berapa kali aku bilang? Atau sekarang kamu turun dan pulang bareng satuan kamu aja."
Akhirnya terjadilah gambar ini. Sekuat tenaga dia meyakini ku. Ku fikir perkataannya benar. Namun salah sore itu juga selepas mengantarkannya kembali ke asrama. Wanita itu kembali menghubuginya. Dengan lihai pun ia membalas segala pesan singkat melalui berbagai media. 
Aku yang hanya wanita biasa. Merasakan betapa hancurnya hati ku. Lukaku belum seutuhnya sembuh. Belakangan kekasih ku meninggalkan cinta ini. Menghempaskannya dalam dengan wanita yang saat itu ia nikahi. Ntah dengan alasan apa ia memutuskan hubungan sepihak. 
Kali ini lagi-lagi hal bodoh yang sama ku lakukan. Bedanya dengan cerita yang sedikit berbeda dan orang yang tak sama. 

Tak sadar air mataku menetes di ujung pipi. Membasahi permukaan muka yang baru saja aku bersihkan dari noda make up.
Gambar yang masih ku pegang erat ditangan kanan ini membatalkan niatku untuk membuat makan 

kali ini ku tulis surat hanya sekedar untuk menghilangkan duka. 

"Berapa banyak surat yang engkau buat dan tak pernah kau kirim Bi?"
"Ntahlah aku tak tahu." Jawabnya sambil menyekat air mata.


-bersambung-


Kita selalu ku semogakan

05.53 Posted by Unknown 2 comments
Kita 
Yang selalu ku semogakan untuk bersama.
Kita
Yang tak pernah bersama namun terpaut cinta.
Kita
Yang selalu ku do'akan agar kelak berdampingan hidup berdua
Namun sayang 
Aku dan kamu adalah dua insan yang berbeda tapi selalu menyemogakan unutk berjumpa.
Sungguh malang kasih ku tak sampai 
Semoga Tuhan selalu dengarkan rayuan malamku denganmu 
Selalu satu nama yang ku tunggu 
Karna bersamamu bagaikan berharap memeluk bulan . 
Untuk kau yang selalu ku rindu.

Malam ku

05.38 Posted by Unknown 2 comments
Singkat 

Malam tak lagi sama. 
Langit tak lagi hitam kelam. 
Sedikit kemerahan, pun bintang tak terlihat.
Malam tak lagi sama.
Rinai hujan pun mulai membasahi bumi.
Semesta bercerita dengan air mulia.
Malam tak lagi sama.
Dahulu saban hujan turun, kau selalu ada.
Setidaknya selalu mencoba menenangkanku.
Walau hanya dengan suara-suara yang merayu .
Malam tak lagi sama.
Kini ku sadar, kau tak disampingku lagi.
Meski hanya sekilas untuk tersenyum.
Menegur keadaan yang kian hari kian melapuk.
Malam tak lagi sama. 
Aku sedang menenangkan hati dan otakku agar tak lagi ingat kau yang kini bersamanya.
Malam tak lagi sama.
Hingga selarut ini, masih saja aku bertahan dalam diamku.
Berkutat dengan segudang kenangan yang terekam indah dalam ingatanku
Bayangmu yang masih terlukis sempurna di pelupuk mataku.
Malam tak lagi sama.
Kuharap Tuhan pun mengabulkan segala do'aku yang tak henti menyebut namamu. 
Sepertiga malamku. 
Jalan yang ku tempuh untuk bersatu dengan merdu dalam lingkar cinta yang syahdu. 
Malam tak lagi sama.
Malam ini ku masih meminta untuk dipersatukan dengan engkau yang aku tak tahu dimana dan kapan kita akan jumpa. 

Hanya pelarian bukan tujuan

05.35 Posted by Unknown 2 comments
Hanya pelarian bukan tujuan

Duhai kau pujaan hati. 
Apa kabar hati yang selalu kau tebar benih cinta ini? 
Semakin hari semakin aku rasa cinta ini tumbuh begitu pesat. 
Walau kau tak lagi disisiku.
Tak lagi menyapaku dengan candaan lugu mu. 
Aku sadar diri ini bukan lah tujuan mu melaikan hanya pelarian semata. Tapi apakah engkau tahu bahwa sesungguhnya jauh dalam hatiku. Aku tlah menyiapkan berbagai agenda untuk kita berdua. 
Aku pun tahu sejak saat kau datang padaku menyatakan segala keluh kesahmu. Kian hari ku pahami dirimu saat itulah aku jatuh hati padamu. Namun Tuhan berkata lain. 
Kini kau tak lagi disisiku bahkan untuk menyebut namaku pun tidak.
Aku sadar aku hanya pelarian yang tersia-siakan. 
Tapi jauh di dalam lubuk hatiku. Aku menyayangimu. 
Semoga kelak Tuhan beri kita cara agar dapat bahagia satu sama lainnya.