Jumat, 27 Februari 2015

Sepenggal rindu

07.46 Posted by Unknown No comments
Lama tak ku jamahi paras wajahmu nan rupawan itu duhai tuan pujaan ku. Dingin melekat di tulang rusuk ku. Lambat merayap menggelitik seluruh tubuhku. Takku sangka sapaan kecil dihati dapat mengiris kalbu dalam lagi. Tuan yang ku sanjung selalu, hingga malam tiba tak juga rupanya jiwa ini lelah untuk menyambut dikau yang tak kunjung bertandang.
      "Puan ku . Sayang, cinta ku kini hilang"
      "Ada apa wahai tuan, mari singgahlah sebentar untuk sekedar bersandar"
      "Tak kunjung tiba puan pujaan tuan ini. Disini ku masih menantikan ia yang pergi. Tak patut ku cari rasa ini seakan mati"
      "Santun kata ku coba haturkan padamu tuan. Jikalah boleh ku bertanya puan manakah yang tuan tunggu kehadirnya?"
       "Kekasihku. Ya, kekasih ku wahai wanita nan cantik rupa. Maaflah jika datangku membawa duka untuk mu yang terus terjaga"
        "Tak apa wahai kanda. Daku setia. Baiklah jika begitu kan ku coba berkelana membatu mencari puan yang hilang itu"
        "Tak usah lah engkau cari wahai dinda. Mari sinilah bersama ku kata mu tadi hanya untuk sekedar bersandar semabari menunggu kabar" 
        "Ampunkan daku wahai tuan. Manalah hati seorang wanita mampu berbuat dusta yang membuat hatinya terluka. Silahkan tuan habiskan suguhan ini sembari menunggu berita yang tuan cari. Daku kan pergi untuk sekedar membatu mencari"
        "Dinda.. Bolehkah tubuh ini rasakan betapa besar cinta yang kau suguhkan?"
        "Apalah daya wahai kanda kini cinta ku sirna. Ku tlah termakan hati berulam jantung"
        "Baiklah, maafkan aku yang tak tahu akan hal itu. Sungguh ku malu bertandang kerumahmu hanya untuk membuatmu malu"
        "Tak apa wahai kanda. Silahkan lah duduk dan ku tetap menemani mu. Tapi ku mohon setelah ini engkau pergi"

Sungguh rindu yang tak menentu. Menunggu hanya membuat pilu dan lari pun akan menggoreskan luka di kalbu. 
Wahai Tuhan semesta Alam. Ini kah yang namanya suratan? Tak kunjung datang pencarianku tak berujung , saat ku pandang lamat potret itu . Indah. Begitu memikat namun sayang ia telah menjadi seorang suami bagi seorang istri yang derajatnya lebih tinggi. Tahta keluarga dimana-mana. Lama ku menanti tak juga sedih ini pergi hanya rindu yang terus menanti berharap kan berjumpa lagi. Kini Tuan tinggalkan daku . Ku terusir bagai sepenggal debu yang tertiup tak menentu. 
Sepenggal rindu yang ku urus dengan berjuta bau. Sadarkah dimana kan ku sematkan rindu ini. Pada siapa ku kan hempaskan rasa ini. 
Sungguhku malu saat ku tersipu di depanNya . Hanya berlinang air mata. Ku tak meminta tuan untuk datang. Ku pinta padaNya agar tuan diberikan kebahagian. Terimakaaih tuan untuk sepenggal rindu yang merisaukan hatiku. Lama tak bertemu tutur sapa pun aku malu. Selamat jalan wahai kanda yang ku damba. Semua sirna namun tak ada yang sia-sia nikmatilah ceria harimu agar kau pun bahagia walau didalam atap itu tak bersama aku.

Minggu, 22 Februari 2015

Mawar

05.51 Posted by Unknown No comments
Mekar ditaman 
Merah merekah dialah teman
Mawar merah menjadi teman cinta 
Mawar merah lambang cinta katanya teman

Wangi nya semerbak 
Menggoda setiap manusia
Wanita paling suka
Cinta yang diisyaratkan dengan bunga

Si kumbang pun tak rela jika madu nya habis begitu saja
Lagi-lagi bunga ya nasib bunga 
Madu dihisap lepas itu sepah dibuang
Tertinggal tolong sayang

Tak sedikit pria menyentuh mawar
Katanya untuk pacar
Namun sayang 
Wanita kadang tergoda akan mawar
Wanita kadang lupa yang ia butuh bukan mawar namun ikatan cinta lebih harum dari mawar.

Mawar 
Duri mu melindungimu
Wangianmu hanya untuk kumbang yang mengagumi mu
Namun sayang jikalah manusia mangambil mu mawar

Mawar sesungguhnya ialah ia dipetik 
Cinta nya di simpan baik
Tertata hatinya tak sirik
Wanginya pun membuat hati tertarik
Mawar yang cantik 
Mawar nan indah rupawan
Bagaikan engkau wahai pujaan 
Pujaan setiap insan yang membuat penghuni surga iri akan rupawan. 

Andai Tuhan bisa ditetah

01.34 Posted by Unknown No comments
Mungkin permainan itu tidak akan selesai kalau hujan tak turun saat ini. Beruntunglah bagi para orangtua yang menunggu anaknya dirumah dengan kecemasan yang luar biasa. 
Bulan februari ini adalah bulan penghujan. Hampir setiap hari hujan turun baik itu siang mau pun malam pagi ataupun sore.
"Bi kamu gak pulang? Ayok barengan sama aku". Kata fira seraya mengambil tasnya.
"Oh gak perlu fir, aku pulang sendiri aja bisa kok". Jawab bintang sambil melepas  sepatu basketnya.
"Kebiasan banget deh buruan pulang ntar gue yang ditelpon sama ayahmu"
"Kalo ditelpon bilang aja aku gak minta telpon hahaha".
"Ah kutukupret yoklah pulang barengbaku. Mama yang jemput bukan ayahku"
"Bodoamat. Salam aja buat mama"
"Ayoklah bi kamu tu gak boleh gini terus mau sampe kapan?"
"Sampe Tuhan balikin bunda ku! Puas?!"
Deras nya hujan sore itu semakin deras dengan puncak tangisan bintang dipelukan fira sahabatnya.
Berapa bulan lalu tepatnya mei tahun 2008 bunda nya meninggal dunia dikarna kan sakit jantung. 
Bintang anak perempuan pertama dari dua bersaudara. Anak nya ceria dan sedikit tomboy. Tapi sedikit itu menjadi banyak. Semenjak bundanya pergi. 
"Gue gak mau pulang buat apa pulang?" Suaranya terbata
"Bi kamu harus pulang ayahmu khawatir" bujuk fira pelan
"Tapi fir ayah gak peduli akan aku . Semacam apa dunia ini. Jahat sekali dengan aku"
"Bi, Allah itu punya rencana baik. Rencana Allah itu indah dan gak ada yang tahu apa yang Allah rencanain buat kita"
"Tapi fir,"
"Sudahlah bi yuk pulang bareng aku"

Sesampainya dirumah bintang langsung mandi dan berbenah badan. Membongkar semua isi tasnya. 
Bintang menjadi anak yang sangat arogan, egois, dan berbeda terbalik dengan bintang yang dulu.
Bertahun lamanya bintang sendiri menjalani harinya sendiri. Sesuka hatinya semaunya dia melalukan aktivtas nya. Pergaulan yang tak baik. 
"Bi udah makan malam belum?" Suara melengking dari bawah tangga ya itu suara aisyah.
"Udah bintang udah makan bulek". Jawabku santai sambil membuang kaleng minuman.
"Minum apa sih bi?"
"Mau tau urusan orang aja sih sana deh gausah naik keatas . Bintang mau tidur bule" 
Malam ini ia sangat terpuruk menyimak peristwa beberapa bulan lalu. Meresapi betapa pedih luka yang menyayat hatinya. Tak dapat dipungkiri semua rasa yang bergejolak memintanya untuk menjerit lagi-lagi ia kehilangan akal bagaimana cara untung menghibur dirinya. Gadis mungil ini tak pernah mau melihat dan menyapa sang maha Esa. Sebatangkara lah ia saat ini tak sedikitpun ia  melirik ke arah Al-Qur'an pemberian mbah putri nya. 
Hari demi hari ia lalui dengan perasaan yang sulit ditafsirnya. Semua kegiatan sekolah ia ikuti dengan niat menghilangkan sedih. Kekacauan yang ia perbuat disekolah hanya untuk mencari simpati. 
Semua cerita ia buat mati seakan ia tak mau mengulangi hari demi hari yang seharusnya ia lalui. Masih tergolong kecil dan besar masalah ini untuk anak seusia dia. 
"Selamat ulang tahun bi". Ucap fira sahabat karibnya.
"Thank's fir ". Jawab nya datar.
"Nih kado buat kamu dibuka ya sekarang. Tapi tiup dulu lilinnya ini. Berdo'a jangan lupa". Lagi-lagi intonasi fira jelas sambil menyulurkan kue dan kado ke arah bintang
"Oke big thank's ya buat kamu fir baik banget sampe inget hari ulngthun ku". Jawab nya sambil memeluk fira. 
Seusai berdo'a dan memotong kue. Fira dan bintang bercerita dibawah langit biru memandangi setiap lekuk awan yang putih.
"Seandainya Tuhan itu bisa ditetah. Kamu boleh kok mendikte apa saja yang kamu mau bi". Suara fira memecahkan lamunan bintang
"Hmm seandainya. Sayang Tuhan gak bisa diperlakukan seperti itu. Tapi gue makasih banget udah punya sahabat kek kamu dan okta. Tapi okta kemana ya?"
"Dia latihan pramuka". 
"Oh, kamu gak PMR fir?"
"Hari ini nari dan seharusnya aku nemenin kamu main basket"
"Oh iya aku lupa". "Tapi gak perlu latihan deh aku mau ke ruang sastra aja mau ikut?" Sambung bintang seraya berdiri dari tidurnya.
Setengah berlari mereka menuju kelas VIIB itu adalah kelas yang digunakan untuk anak sastra. Merangkai kata demi kata. Berkhayal membuat cerita. Dunia yang amat ia senangi. 
"Kalo aku berhenti ngambek sama Tuhan bagus gak ya?". Suara bintang parau membuat semua anak dalam kelas itu melihat kearahnya.
"Sssttt bintang! Kamu apaan sih gede banget suaranya! Liat mereka semua liatin kamu!" Suara fira berbisik sambil mencubit tangan bintang
"Aku gak kuat aku mau lari aja"
"Bintang . Anakku tunggu sayang!" Suara ibu farida terdengar lantang dan berjalan menuju bintang
"Ada apa bu? Kalo saya didenda nanti saya akan bayar". Jawab bintang dengan derai air mata
"Bukan nak bukan itu. Ibu boleh duduk dan berbicara padamu?" Suara halus bu farida membuat tangis bintang semakin parah.
"Tak ada yang abadi. Tak ada yang kekal selain Dia yang maha Esa sayang.percayalah semua ini sudah suratan. Apa dengan kamu seperti ini bunda akan balik lagi? Tidak nak yang bunda butuh disana itu hanya do'a mu bintang". Sejenak bintang tertegun menilai betapa lalai nya ia saat ini. Hanya mampu mengirimkan do'a pada malam jum'at saja. Dan jika ia sedang sedih. Bintang bangkit dan meninggalkan bu farida yang mengiba. Ia pulang dengan berjuta perasaan haru. Sadar betapa salahnya ia saat ini sepanjang perjalanan ia melamun dengan tatapan kosong. Angkutan umum yang di naikinya melaju dengan kencang tak ada omelan atau kemarahan dari mulut bintang saat itu. Bintang terdiam bagai bisu. 
"Assalamualaikum mama kenapa? Ayah mana?". Kata bintang mendesak tante nya saat itu
"Ayahmu ada di atas dikamar mu. Ada yang ingin mama bicarakan lekas mandi ya cah ayu". Tutur kata mama menyegerakannya untuk mandi.


 Bersambug.. 

Jumat, 20 Februari 2015

Tentang Rindu

07.49 Posted by Unknown No comments
Malam bertabur bintang..
Kilauan cahayanya membuat sebagian hati tenang.
Malam . Ini mungkin panjang
Ku tetah kerinduan yang semakin dalam
Ku sampaikan pada hujan lewat derasnya air ku bisikan rindu
Aku tau . Pun jika rindu itu sampai sungguh juga ia amat rindu
Ku tak tahu seberapa dalam rinduNya yang ku tau Dia juga rasa
Kini aku bagaiman bumi yang tak lepas dari mentari.
Bagaikan senja yang tak ingin melepas mentari
Tapi aku coba ikhlas bagai mentari yang melepas siang.
Bagai mentari tetap mengalah pada bulan
Bagaikan mendung yang setia pada hujan
Bagaikan tanah yang ikhlas dibasahi oleh air
Rinai hujan itu membasahi wajahku
Namun tak sedikit pun ku rasa sendu
Duhai rindu ...
Betapa ku rindu
Ingin ku sampaikan rindu untuk Mu

Selasa, 17 Februari 2015

Jangan sebut Cinta

22.57 Posted by Unknown No comments
Tak tahu seberapa jauh sudah ku melangkah.
Ntah seberapa pilu yang tlah ku tanggung.
Tidakkah ku paham akan cinta yang datang.
Meski hati kadang berusaha mendamaikan nya sayang.
Cukup lah saja untuk ku kenang.

Setiap detik yang ku lalui memiliki kesan
Hari yang ku nikmati penuh pesan
Hanya saja kadang hati yang kalahkan lisan
Tak kah kau sadar segala hal yang temui itu kejutan?
Kejutan dari Tuhan.

Malam ini kita menikmati secangkir kopi.
Berdua memadu kasih dibawah atap ini
Atap yang kelam ini
Atap yang besar tak terkira dibuatNya

Mana kala hari itu kita berdua.
Bercerita akan langit merah.
Penuh oleh cintaNya.
Darahku mengalir lebih kecang.
Degub jantung ku berdebar.
Ku tak ingin katakan ini cinta olehNya.
Yang ku tahu cinta hakiki itu hanya milikMu.

Tapi, satu yang ku ingat
Bahwa cinta itu anugrah terindah yang hangat.
Bukan membuat penat.
Jika lah kita menikmatinya dengan nikmat.
Wahai hati yang dilanda gelisah
Pelajarilah hati yang resah
Bukan kah seharusnya kita pasrah?
Ikhlaskan saja . Yakinlah . Jangan cepat sampaikan ini cinta
Mana tahu Dia hanya membuatmu nyaman akan hal yang baru

Bintang

22.54 Posted by Unknown No comments
Tak kah kita tahu betapa terang nya sesutu benda di angkasa itu?
Pernah kah kita berfikir untuk dapat menyentuhnya?
Setidaknya melihat dari jarak dekat?
Panas..
Kuasa-Nya lebih dahsyat dari seorang yang memiliki ipk tertinggi sekali pun
Bintang..
Bintang itu yang paling terang setelah bulan...
Bintang pun kadang sinar nya tak disadari oleh kita
Tak banyak yang mencintainya..
Tak banyak yang mengingkinnya ..
Namun, taukah engkau?
Dia menciptakan bintang untuk mendampingi bulan
Duhai sayang..
Ku ini bintang..
Ku ini bintang yang menerangkanmy
Bintang yang tak kau sadari cahyanya..
Tapi tenang sayang
Bintang ini selalu di sinari cahaya olehNya
Duhai sayang
Ku ingin kau tahu betapa senang ku jadi bintang walau kadang cepat menghilang