Bulan februari ini adalah bulan penghujan. Hampir setiap hari hujan turun baik itu siang mau pun malam pagi ataupun sore.
"Bi kamu gak pulang? Ayok barengan sama aku". Kata fira seraya mengambil tasnya.
"Oh gak perlu fir, aku pulang sendiri aja bisa kok". Jawab bintang sambil melepas sepatu basketnya.
"Kebiasan banget deh buruan pulang ntar gue yang ditelpon sama ayahmu"
"Kalo ditelpon bilang aja aku gak minta telpon hahaha".
"Ah kutukupret yoklah pulang barengbaku. Mama yang jemput bukan ayahku"
"Bodoamat. Salam aja buat mama"
"Ayoklah bi kamu tu gak boleh gini terus mau sampe kapan?"
"Sampe Tuhan balikin bunda ku! Puas?!"
Deras nya hujan sore itu semakin deras dengan puncak tangisan bintang dipelukan fira sahabatnya.
Berapa bulan lalu tepatnya mei tahun 2008 bunda nya meninggal dunia dikarna kan sakit jantung.
Bintang anak perempuan pertama dari dua bersaudara. Anak nya ceria dan sedikit tomboy. Tapi sedikit itu menjadi banyak. Semenjak bundanya pergi.
"Gue gak mau pulang buat apa pulang?" Suaranya terbata
"Bi kamu harus pulang ayahmu khawatir" bujuk fira pelan
"Tapi fir ayah gak peduli akan aku . Semacam apa dunia ini. Jahat sekali dengan aku"
"Bi, Allah itu punya rencana baik. Rencana Allah itu indah dan gak ada yang tahu apa yang Allah rencanain buat kita"
"Tapi fir,"
"Sudahlah bi yuk pulang bareng aku"
Sesampainya dirumah bintang langsung mandi dan berbenah badan. Membongkar semua isi tasnya.
Bintang menjadi anak yang sangat arogan, egois, dan berbeda terbalik dengan bintang yang dulu.
Bertahun lamanya bintang sendiri menjalani harinya sendiri. Sesuka hatinya semaunya dia melalukan aktivtas nya. Pergaulan yang tak baik.
"Bi udah makan malam belum?" Suara melengking dari bawah tangga ya itu suara aisyah.
"Udah bintang udah makan bulek". Jawabku santai sambil membuang kaleng minuman.
"Minum apa sih bi?"
"Mau tau urusan orang aja sih sana deh gausah naik keatas . Bintang mau tidur bule"
Malam ini ia sangat terpuruk menyimak peristwa beberapa bulan lalu. Meresapi betapa pedih luka yang menyayat hatinya. Tak dapat dipungkiri semua rasa yang bergejolak memintanya untuk menjerit lagi-lagi ia kehilangan akal bagaimana cara untung menghibur dirinya. Gadis mungil ini tak pernah mau melihat dan menyapa sang maha Esa. Sebatangkara lah ia saat ini tak sedikitpun ia melirik ke arah Al-Qur'an pemberian mbah putri nya.
Hari demi hari ia lalui dengan perasaan yang sulit ditafsirnya. Semua kegiatan sekolah ia ikuti dengan niat menghilangkan sedih. Kekacauan yang ia perbuat disekolah hanya untuk mencari simpati.
Semua cerita ia buat mati seakan ia tak mau mengulangi hari demi hari yang seharusnya ia lalui. Masih tergolong kecil dan besar masalah ini untuk anak seusia dia.
"Selamat ulang tahun bi". Ucap fira sahabat karibnya.
"Thank's fir ". Jawab nya datar.
"Nih kado buat kamu dibuka ya sekarang. Tapi tiup dulu lilinnya ini. Berdo'a jangan lupa". Lagi-lagi intonasi fira jelas sambil menyulurkan kue dan kado ke arah bintang
"Oke big thank's ya buat kamu fir baik banget sampe inget hari ulngthun ku". Jawab nya sambil memeluk fira.
Seusai berdo'a dan memotong kue. Fira dan bintang bercerita dibawah langit biru memandangi setiap lekuk awan yang putih.
"Seandainya Tuhan itu bisa ditetah. Kamu boleh kok mendikte apa saja yang kamu mau bi". Suara fira memecahkan lamunan bintang
"Hmm seandainya. Sayang Tuhan gak bisa diperlakukan seperti itu. Tapi gue makasih banget udah punya sahabat kek kamu dan okta. Tapi okta kemana ya?"
"Dia latihan pramuka".
"Oh, kamu gak PMR fir?"
"Hari ini nari dan seharusnya aku nemenin kamu main basket"
"Oh iya aku lupa". "Tapi gak perlu latihan deh aku mau ke ruang sastra aja mau ikut?" Sambung bintang seraya berdiri dari tidurnya.
Setengah berlari mereka menuju kelas VIIB itu adalah kelas yang digunakan untuk anak sastra. Merangkai kata demi kata. Berkhayal membuat cerita. Dunia yang amat ia senangi.
"Kalo aku berhenti ngambek sama Tuhan bagus gak ya?". Suara bintang parau membuat semua anak dalam kelas itu melihat kearahnya.
"Sssttt bintang! Kamu apaan sih gede banget suaranya! Liat mereka semua liatin kamu!" Suara fira berbisik sambil mencubit tangan bintang
"Aku gak kuat aku mau lari aja"
"Bintang . Anakku tunggu sayang!" Suara ibu farida terdengar lantang dan berjalan menuju bintang
"Ada apa bu? Kalo saya didenda nanti saya akan bayar". Jawab bintang dengan derai air mata
"Bukan nak bukan itu. Ibu boleh duduk dan berbicara padamu?" Suara halus bu farida membuat tangis bintang semakin parah.
"Tak ada yang abadi. Tak ada yang kekal selain Dia yang maha Esa sayang.percayalah semua ini sudah suratan. Apa dengan kamu seperti ini bunda akan balik lagi? Tidak nak yang bunda butuh disana itu hanya do'a mu bintang". Sejenak bintang tertegun menilai betapa lalai nya ia saat ini. Hanya mampu mengirimkan do'a pada malam jum'at saja. Dan jika ia sedang sedih. Bintang bangkit dan meninggalkan bu farida yang mengiba. Ia pulang dengan berjuta perasaan haru. Sadar betapa salahnya ia saat ini sepanjang perjalanan ia melamun dengan tatapan kosong. Angkutan umum yang di naikinya melaju dengan kencang tak ada omelan atau kemarahan dari mulut bintang saat itu. Bintang terdiam bagai bisu.
"Assalamualaikum mama kenapa? Ayah mana?". Kata bintang mendesak tante nya saat itu
"Ayahmu ada di atas dikamar mu. Ada yang ingin mama bicarakan lekas mandi ya cah ayu". Tutur kata mama menyegerakannya untuk mandi.
Bersambug..
0 komentar:
Posting Komentar