Jumat, 18 September 2015

Hampir Saja Aku lupa

20.06 Posted by Unknown 1 comment
Waktu begitu saja menghantuiku. Sejak tadi aku juga belum bisa tidur. Sekarang pukul 00.28 Wib. Dini hari, 19 September 2015 sunyi sekali. Ibu bapak dan adik ku semua sudah tidur. Tidak dengan aku yang dari tadi masih memikirkan dia. Dia yang tidak pernah mencoba untuk memikirkan ku. Hmm biar saja, karna mikir itu sungguh menguras energi. Kurasa cukup hanya aku yang merasakan itu. 
Aku masih sibuk dengan layar gadgetku. Membiarkan jari ini menari diatas layarnya. Menjamaah segala aplikasi yang ada, mulai dari line,bbm, path, Ig dan ini aku menulis tentang dia lagi. 
Tak jarang nyanyian nyamuk menemaniku, suara jangkrik yang menginginkan hujan. Namun hujan tak juga turun.
"Hampir saja aku lupa, aku ini bukan siapa-siapa." Kataku pada diri sendiri. Bodoh sekali . 
Ya jujur saja aku menulis ini dengan segenap rasa rindu yang tentu saja tertuju. Tidak aku akan menuliskan tentang dia sampai nanti , esok dan selamanya. Tidak semata-mata hanya tentang dia tidak. Andaikan dia tahu. Tak harus tahu ku rasa. 
Dingin semakin menyelimuti tubuh yang sudah meringkuk ini. Mecari-cari kehangatan supaya kantuk cepat datang. Nyatanya tidak, mataku masih saja segar seoalah aku sedang menantikan sesuatu yang tak mungkin terjadi. 
"Aku berharap kamu ada, sungguh aku rindu." Mataku perlahan mulai meredup. Menutup membiarkan mimpi merajai diri.
-
Kesiangan lagi. Jelaslah tidur jam berapa aku semalam. Kalian pasti semua sudah tidur saat aku masih terjaga. Pasti. Aku tidur jam dua pagi. 
"Put mbak nebeng pagi ini ya." Kataku 
"Iya mbak nanti pute' jemput." Jawabnya. 
Aku berbenar diri, membereskan kamar. Lalu mandi dan bersiap ke kampus. Hahaha iya tetap ngampus dan selalu ke kampus. Meskipun hari sabtu.
Lepas itu, wah ada line dari mas zein.
"Iya sudah." Katanya
"Assalamualaikum mas Zein." Jawabku
"Waalaikumsalam, selamat morning good pagi."
"Wahh jangan lupa beri kebahagian pada yang lain. Dah hapal keknya."
"Ucapan semangat. Hehehe"
"Yowes kerjokerjokerjo"
"Oke."
Aku bersiap seperti pagi-pagi biasanya. Mengenakan seragam olahraga, sepatu sport run. Warna abu-abu kombinasi ungu. Tatobag Vespa. Masih dengan niat yang sama, harus nya aku sadar bahwa tidak seharusnya begini. Sudahlah lupakan. Tak lama dari itu Putri datang menjemputku. 
-
Sesampai di kampus , aku dapat kabar bahwa SIJ diundang di dua acara satu acaranya nanti malem dan satu lagi besok siang. 
Suasana kampus seperti biasa ramai, tapi tak ada dosen kampus alias hanya ada dosen dari luar. 
Pagi ini aku belajar bahasa Indonesia. Yaps. Lepas pelajaran
"Pak maaf gimana caranya masukin tulisan atau memuat tulisan dalam koran dan majalah ya pak?" Tanyaku
"Buatlah tulisan yang bisa di baca seperti riset tentang obat. Nanti berikan ke bapak biar dibaca dulu lalu nanti bapak bantu masukan." Jawabannya membuat aku senang. Tapi aku harus memaksakan otak untuk menulis yang bukan karakterku.
Hari terus berlalu, semua relawan menanyakan kepastian untuk acara nanti malam. Ku fikir biarlah ku ajak Putri. 
"Dek nanti kita ke RC kafe ya. Ada acara stand up comeedy." Kataku sambil memasukan buku dan pena kedalam tas.
"Jam berapa mbak? Bebas sih." 
"Jam 7, sampe jam 9 malem."
"Oke kabarin aja mbak."
Wakti menunjukan pukul 12 siang, kami melaju pelan . Sepanjang jalan aku hanya diam sesekali bernyanyi mewakili isi hati. Sesampai dirumah. Aku hanya tiduran dan mempersiapkan diri untuk menghadiri acara resepsi abang sepupu menikah.
-
Pukul 17.50 Wib. 
Aku bingung putri gak ada jawaban. Harus pergi dengan siapa? Oke baiklah aku coba menghubungi bang Jaya.  Temanku juga. Siap dia bisa. Fix malam ini kita pergi ke acara stand up comedi yang lagi ulangtahun. 
"Jam berapa acara nya?" Tanyanya.
"Jam 7 malam bang."
"Oke abang siap"
Tiba-tiba saat aku sedang asyik menonton Tv. Ada Suara motor di depan rumah. Aku shock. Siapa fikirku, sedang aku belum bersiap hendak pergi.
"Assalamualaikum, bu apa kabar?" Sapanya pada ibu. Aku segera berlari masuk kamar. Bersiap. 
"Waalaikumsalam. Baik jay, silahkan duduk jay, ambil minum dek." Kata ibu ku.
Selang beberapa menit. Aku selesai berpakaian rapi. Malam ini aku pakai celana dasar hitam dan kemeja putih serta lengkap dengan pashmina hitam. Tanpa aksesoris, seperti biasa casual. Ah kenapa jadi deg-degan begini? Biasa saja jeng. Come on ah. 
"Kok abang gak bilang sih kalo mau jalan kerumah." Gerutuku
"Janji jam berapa ?"
"Jam 7 "
"Sekarang jam berapa?"
"Heheh jam 7."
"Salah siapa?"
"Iya maaf"
Kami pamit dan pergi dari rumah. Sepanjang jalan dia bercerita tentang seorang mantannya. Aku hanya menjadi pendengat setia. Terbesit rasa bahagia mendengar dia begitu. 
"Kita makan dulu ya, adik belum makan kan?" Tanya nya. Sambil mematikan mesin motornya.
"Ha? Iya" jawabku bengong.
"Bang pesan satenya 2 porsi ya." Katanya pada si penjual sate.
"Mmm tapi masih kenyang." Kataku sambil menarik bangku.
"Abang beli teh botol dulu. Duduk disini."
"Iya. Jangan lama-lama"
Dia pergi dan berlalu. Sungguh bahagia. Aku tak bisa menceritakan. Sudah berapa lama aku dan dia tidak ketemu. Dan sekali ketemu, dalam keadaan sama-sama sedang sendiri. Ah ! Sial kenapa gini jadinya. Sssstt dia kembali. Sate yang dipesan sudah di atas meja. 
Aku mengambilkan sendok dan membersihkan nya menggunakan tissue untuk alat dia makan. 
Selesai makan.
"Dek," katanya, sambil menghidupkan api rokok.
"Iya bang?"
"Abang dulu pernah suka sama teman Smk abang. Cuma belum pernah disampaikan."
"Yah sayang banget kenapa gitu? Sekarang?"
"Karna belum sempat. Kemarin dia ada add Fb abang dan sekarang Smsan."
"Sampaikan saja masalah ditolak belakangan. Karna perempuan itu pasti liat pengorbanan."
"Sejauh ini responnya positif. Dan besok abang mau ambil cuti biar bisa ke padang."
"Dia di padang?"
"Iya. Menurut adek? Gimana?"
"Bang, kan abang yang ngerasain. Bagus sih kalo emang maunya gitu." Kalian tahu? Saat aku ngomong sok dewasa gini ada sedikit kebodohan yang aku lakukan.
"Iya niat nya akhir tahun ini."
"Bagus semoga lancar bang." Kataku dan langsung mengajaknya pergi. Aku diam sejenak di atas motor yang sedang melaju menuju RC kafe. 
"Jadi habis kuliah mau kerja atau kuliah lagi?" Seketika dia memulai pembicaraan. Dan membuyarkan lamunanku.
"Kerja. Merantau." Jawabku tanpa intonasi. Datar
"Gak usah merantaulah. Dijambi aja."
"Sekalian cari jodoh."
"Diluar kota?"
"Hhehe iya . Ajeng pengen kerja di industri."
"Oh baguslah kalo gitu."
Sial sampai di lokasi , bbm dan sms gak di respon dengan bang rieo. Akhirnya kita pulang.
Sampai dirumah lagi. Sempat aku meminta dia untuk memoto. Iya foto tangan kita berdua. 

Cukuplah rindu 
Diam tak lantas membuatku bahagia. Melaikan semakin tersiksa.
Kau datang disaat yang tepat. Ku rasa cukuplah rindu yang tahu.

#Jambi19 september2015

Kamis, 17 September 2015

Selamat Ulang Tahun , Kamu.

21.32 Posted by Unknown No comments
Ku kira takkan bangun tepat waktu. Ternyata . Alhamdulilah semua sempurna. Aku terbangun dan mencari handphoneku. Seketika mataku berbinar. Segar. Semacam ku bangga pasti pesan ku yang pertama. Tidak. Itu tidak mungkin dia rasakan. Apalagi seorangan aku ini ? 
"Hallo. Assalamualaikum, happy brithday bang. Barakaallah fii umrik." Pesanku terkirim padanya. Aku tinggalkan handphone di atas meja dalam keadaan ter-charger. 
Aku tidur kembali sesambilnya mengharapkan balasan dari nya. Besok pagi. Atau mungkin tak dibalas. Ntahlah. 
-
Mati aku kesiangan. Jam 05.38 Wib aku terbangun dalam keadaan bahagia. Aku tersenyum sambil merapikan tempat tidurku. Berharap Bbmku di balas dengan yang kuharapkan. 
Yes ! Dibalas, kalian pasti tahu bagaimana senangnya hatiku? Kalian yang pernah jatuh cinta. Jelas saja bbm ku di balas berlanjut sampe aku di kampus.
Waktu berjalan begitu cepat. Aku bersiap menuju kampus. Rapi. Jelas saja karna pagi ini semangatku membara lagi. Semangat yang dulu hilang, layu bahkan mati. Pagi ini semua seperti disulap. Terimakasih untuk kamu.
"Isun, yang lain mana?" Tanyaku 
"Udah di musholah mbak. Senang sekali?" Kata Isun sambil tersenyum. Sontak aku langsung memeluk nya. Menggambarkan kebahagianku. Semoga tidak sekejap saja. Aku terus semringah. Sampai ke musholah. 
"Mbak ajeng! Sini." Salah satu perempuan meneriaki ku. Aku langsung mencari sumber suara.
"Haii, eh hari ini Dia ulang tahun." Kataku saat duduk didepan Ulia.
"Terus? Udah diucapin?" Tanya nya lagi. 
"Udah. Dan di balas. Ah tapi bukan mbak yang dia inginkan pertama kali. Mungkin ada yang lebih nyata datang padanya."
Yasinan dimulai. Semua sibuk dengan buku Yassin nya masing-masing. Ada yang diam saja. Ikut mengaji bahkan ada yang bercerita. Begitulah mereka semua.
-
Pelajaran dimulai. Kalian harus tau berapa kali dalam seminggu bu Lailan ini masuk ke kelasku. Sungguh mengantuk. Dan hari ini pembagian nilai Quis hari selasa kemarin. Nilaiku? Memuaskan. Itulah kadar kepintaranku. Aku bangga karna itu menguji kualitasku. Dibawah 60 memang. Tapi alhamdulilah. 
Masih dalam keadaan bahagia. Puas rasanya dengan nilai yang segini. Pelajaran terus berjalan dengan lancar. Sesekali aku menguap karna kantuk yang tak ketulungan.
"Bu slide nya boleh di print gak? Buat di pelajari terus minggu depan di diskusikan." Kataku sambil mengacungkan tangan.
"Ajeng, di print juga gak dibaca. Buktinya itu nilainya." Jawab bu Lailan sambil terkekeh. Sontak saja sekelas tertawa melihat ekspresi wajahku. Dengan santai aku menjawab.
"Yah kan kata ibu jawabnya dengan kata kita sendiri."
"Iya, tidak masalah kalo seperti itu. Nanti ibu bagikan"
"Janji bu, minggu depan nilainya naik." Kataku lantang sambil tersenyum. 
Beberapa hari lalu memang ada Quis yang diberikan oleh beliau dan saat itu aku duduk di belakang. Gimana mau nilai tinggi duduk aja gak konsen. Sekali lagi aku jelaskan. Aku bangga dan bahagia.
-
Pelajaran selesai. Kelas lengah, sepi satu persatu dari teman kelasku pada pulang. Aku berjalan keluar kelas dengan ransel hitam yang sering aku kenakan. Menyusuri koridor kampus yang di penuhi kabut asap. Masih saja terjadi dan ini semakin parah. Menyengat sekali bau dari asap ini. 
*tingtong* tanda bbm masuk.
"Makasih ya dek ({})" Kuterima balasan bbm dari arief. Kalian tahulah ya bagaumana rasanya. Ah andai kau tahu din. Hah!! Kesebut namanya. Ada yang dengar tidak ya?! Dan kalian akhirnya tahu kan siapa kamu nya aku itu? Ya dia teman lama ku yang sampai saat ini masih aku tunggu dan aku yakin akan hal itu. 
Aku berjalan menuju kantin. Dibelakangku ada Anggun yang juga mau ke kantin.
"Mbak! Tunggu!" Tangannya melambai padaku. Aku yang masih berdiri diujung jalan menunggu kedatangannya. Kami berjalan ke kantin dan memesan makanan. Tak lama kemudian, yang lain menyusul.
"Kita nanti cuma bertiga belaskan?" Tanya Ana kepada yang lain. Aku yang berada didepan nya langsung spontan menjawab.
"Iyalah kan kita Anniversary." 
"Jam berapa kalo gitu?" 
"Jam berapa yang lain?"
"Jam3."
"Jam4." Oke fix jam empat sore di DineNChat. 
Aku berencana pulang. Tapi sesampainya di dalam kelas. Teman-teman yang lain memegang kertas yang tempo hari di kumpulkan dengan dosen Mata Kuliah Metlid. Bu Anna. 
"Mel yang punya ku mana ya?" Tanyaku kepada melisa.
"Dikelas mungkin jeng. Coba liat." Sambil tegak dan menunjuk ke dalam kelas. Setangah berlari aku melihat meja dosen. Tidak ada. Kertasku tidak ada disana. Dan ternyata kertasku di dalam laci. Dua dari judulku diteruskan. Alhamdulillah ya Allah. Satu langkah menuju kesuksesan. Ibu dan bapak serta zaddin harus tau. Aku langsung memberi tahu kepada zaddin. Meskipun baginya tak penting. Tapi haruslah kau tahu. Kau itu penting bagiku. 
Aku pulang dengan rasa yang begitu bahagia. Kali ini aku mengantarkan Ana pulang. Rumah nya di daerah thehok. Tidak jauh dari kampus. 
"Makasih mbak Ajeng." Katanya sambil memegang bahuku.
"Sama-sama jalan duluan ya dek." Jawabku dan begitu saja berlalu.
Jalanan semakin berkabut, baunya pun tak sedap. Mataku nyaris perih dan merah serta berair. 
-
"Assalamualaikum." Salamku sambil membuka pintu rumah. Ku lihat siang ini bapak gagah sekali dengan baju koko warna marun dan sarung senada. Menjawab salam ku dengan cinta.
"Waalaikumsalam."
Aku masuk kerumah dan segera memberi tahu ibu bahwa judulku di setujui. Ibu senang, nampak dari raut wajahnya. Kali ini aku tidak ingin membuatnya kecewa lagi. Harus membuatnya bangga. 
Aku dipersilahkan istirahat, terbaring di depan Tv. 
"Eh jeng beli lah dulu nasi bungkus buat bapak." Kata ibu sambil mengambil dompet dalam tasnya.
"Baiklah bu, berapa banyak?" Tanyaku 
"Buat bapak saja. Sama belilah ayam buat Sintia." Sintia adik perempuanku.
Aku pergi dengan menggunakan motor. Melaji dengan kecepatan sedang. 
"Kamu harus tahu, aku disini menunggumu. Bukan hanya kepastianmu. Dan ya aku tahu jawabannya apa." Aku berdialog sendiri. 
-
Bapak dan ibu makan, aku tidak. Masih kenyang. Selepas makan bapak tertidur. Mungkin pengaruh obat. Karna bapak masih harus terus minum obat.
Aku pun tertidur. Tak sadar kalau ada telpon dan bbm dari teman-temanku. Aku terbangun dari tidur siangku pukul. 14.55 Wib, duduk dan langsung minum air mineral yang berada di atas meja Tv.
"Ibu mana pak?" Tanyaku 
"Tidak tahu kemana," 
"Ke bawah kah? Mmm nanti mbak mau pergi beli buku." 
"Iya hati-hati jangan lama."
Aku bangkit dari duduk ku, dan berjalan menuju dapur. Ku dapati, handphone ku penuh dengan pemberitahuan . Salah satunya dari kak Yani. Salah satu relawan SIJ. Pada tahu kan SIJ itu apa? Sahabat Ilmi Jambi. Kebetulan sekarang aku dipercaya untuk jadi CO divisi pendampingan. Kak Yani mau nelpon, tapi aku harus beres-beres rumah dan pergi. Mungkin nanti bisa.
"Maaf kak Yani, ajeng lagi diluar. Gimana kalp nanti kak?" Kataku
"Iya nanti kalo udah bisa di telpon kabarin ya Jeng." Jawabnya.
"Iya kak."
Jalanan sepi, mungkin karna kabut asap yang kian hari kian menebal. Menyebabkan kebanyakan orang enggan buat keluar rumah. Gramedia toko buku pun sepi dari anak-anak sekolah ataupun mahasiswa. 
Berjalan sendirian menaiki anak tangga. Melihat satu demi satu buku yang tertata rapi di atas rak nya. 
Aku mencari buku yang berhubungan dengan perkuliahanku, dapat. Satu ya tentang metodologi penelitian. Baiklah satu lepas bebanku. Mungkin buku ini sangat membantuku. 
Bukan cuma kamu yang ulang tahun hari ini dan bahagia Din, tapi aku dan sahabatku hari ini akan merayakan Anniversary yang kedua tahun. 
Ya Lemon . Nama kelompok sahabatku. Bukan sekedar sahabat, melainkan sudah menjadi keluarga kedua. 
Akhirnya semua berkumpul. Berfoto, tertawa bahkan juga menangis bersama. Sudah rutinitasnya. Kami semua selalu bagitu.
Jambi sedang rawan-rawannya padam listrik. Jadi aku pulang jalanan pada mati lampu. 
Aku pulang mendahului yang lain. Karna ibu sudah menelpon dan ku fikir bakal jadi berangkan ke Sarolangun. Ternyata salah. Tidak jadi. 
-
"Jeng kakak bisa nelpon sekarang?" Pesan dari kak Yani.
"Bisa kak." Kataku, tak lama handphone ku berdering. Telpon masuk dari kak yani.
"Hallo Assalamualaikum?" Katanya diseberang sana.
"Waalaikumsalam kak. Apa kabar kak?" 
"Baik, Ajeng apa kabar?"
"Baik juga, gimana kak? Ada cerita apa kak?"
"Iya kaka, mau diskusi tentang Sij nih."
"Hayok kak jadi ini proker ajeng."
Aku menjelaskan secara detail.
"Iya bagus, insyaAllah minggu kita ketemu ya Jeng."
"Iya kak kalo gitu makasih ya kak"
Percakapan kami kurang lebih dua jam setengah. Membahas tentang organisasi sampai tentang sastra. 
Aku bahagia, masih bahagia . Tapi saat ini nafasku sesak. 
23.29 Wib. Masih dengan pena yang ku selipkan di kupingku, dan buku-buku yang berantakan di atas kasur. Nafasku sesak sekali rasanya.
Aku belum juga bersahabat bersama kantukku. Tapi aku sudah berteman lama dengan Rindu. 
Malam ini jam 18.59 Wib aku bbm Zaddin dan tidak dibalas. Ku rasa sudah pas. Tapi tetap aku akan setia.
Selamat malam untuk mu, dan aku akan coba untuk menjemput lelap.

Merpati #2
Benar saja, kau bukan menantikan ku.
Kau tahu?
Aku menantikanmu. Walau hanya dalam mimpi. Ini semua untukmu. Terimakasih sudah menawarkan cinta yang ku kira palsu. 
Bukan, bukan. Ini nyata tapi tak bisa bersatu.
Hmm..
Tapi bukankah, setiap pasangan memiliki pasangan masing-masing?
Merpati pun juga memiliki nya.
Dan dia setia.
Kau tak percaya akan hal itu?
Bohong.
Aku tahu, kau itu tahu. Cuma kau tak mau tahu.
Akan ku biarkan. 
Aku datang dengan segala keadaan. Dan aku siap pergi dengan segala keikhlasan.
Bukan kah cinta itu anugrah. Aku tak menyalahkan sesiapapun. 
Mungkin esok kau kan lebih bahagia. Pastinya denganku. Ntah di dunia atau di akhirat kelak.
Janji-Nya selalu nyata. Dan aku percaya kita akan jumpa. Dengan perasaan yang tak lagi sama.


#Jambi,18 september2015

Cemas , Kikuk Dan Kabut Asap Masih Setia

05.18 Posted by Unknown No comments
 Setalah semalaman berdialog sendiri sebelum tidur. Aku terbangun kembali pukul 05.00 Wib. Tepat setelah 5 menit alarm ku berbunyi dan suara ibu yang membuatku terkekeh.
"Mau sebesar apapun Alarm yang kau nyalakan jika tak niat bangun takkan bangun." Katanya sambil berkecak pinggang di depan pintu kamarku.
"Taraaa aku bangun." Aku bergegas keluar kamar menuju kamar mandi. Segera menggosok gigi dan mengambil wudhu. 
Dingin sekali. Sungguh sampai sakit perut. Tak bisa ku tahan . Selalu begini setiap pagi. 
Waktu terus berlalu. Aku tak bangun sahur dini hari tadi. Tak puasa juga. Karna dari siang kemarin aku hanya makan kerak telor. 
-
"Selamat pagi!" Sapaku pada teman-teman yang duduk di koridor kampus.
"Pagi jeng." Jawab mereka. Aku segara berlalu meninggalkan mereka menuju kelas. Lupa. Titipan Irani.
"Mbak ajeng mana titipan Rani?" Tanyanya.
"Taraaaaaaaa!! Ini dia." Tanganku mengeluarkan sesuatu dari dalam tas
"Selalu mengagetkan. Dasaar." Gerutu Pudil sahabatku juga. Aku hanya nyengir dan berlalu pergi . Pagi ini masih seru. Pasti bahagia. Besok ulangtahunnya. Betapa senangnya aku? Bayangkan saja. Oohhh tidaaaaak. Aku membuka bungkus lolipop ku. Segera ku masukan dalam mulut dan menikmatinya dengan segala perasaan yang ku rasa dapat menenangkan jiwa.
Dosen satu persatu berjalan menelusuri koridor untuk masuk ke kelas masing-masing. Gila pagi ini dengan bu Lailan. Aku bergegas berlari menuju kelas. Ku rasa sayang kalo permen ini di buang. Baiklah ku habiskan dalam kelas akhirnya. Tidak. Aku bersuha memisahkan permen dari batangnya. Nyaris bisa tapi gagal. Syukurnya bisa ku gigit. Pecah . Lumer dan aku bahagia. 
"Gak bawa buku?" Tanya Sam
"Gak. Perlu?"
"Selalu."
"Hahaha belikan aku satu buku yang ini dong"
"Jeng, aku bukan orang kaya."
"Lantas buku ini hanya untuk orang kaya?"
"Aku nge-kost. Dan buku ini setahun sekali aku beli."
"Aku tidak kost. Tapi aku gak bisa beli buku ini."
"Punya buku pun kau takkan nyatat."
"Ha hahaha kau ini"
"Aneh! Autis! Gila! Sampah!"
"Diam hahaha belajar dimulai."
-
Pelajaran selesai. Kalian bisa bayangkan apa saja yang ku lakukan didalam kelas. Aku duduk paling belakang. Bertiga . Yaps. Sam dan Ef . Kita bertiga suka duduk bareng . Dalam kelas. Ketawa dan kadang suka rusuh. Begitulah meskipun berbeda aku tetap bisa menyamakan. Oh jangan salah berfikir. Maksudnya aku bisa mengkondisikan diriku.
Pergantian jam. Bu Lailan pergi meninggalkan mahasiswa yang berada didalam. Sedetik kemudian. Hilang kabur semua kekantin. Termasuk aku yang merindukan freshtea. 
"Apa?" Gila mana mungkin. Dan kau tau? Kalo udah begitu apa?" Kataku sambil menyedot minuman yang ditangan kananku.
"Apa? Kau gila lah ." Jawab Ella temanku.
"Tidak. Bukti nya aku baik saja woo." Beberapa berdatangan lalu pergi pulang. Kelasku selalu terakhir. Heran. Pelajaran bu Ugi? 
"Ibu bilang dia tau jadwalnya jadi jangan di panggil." Kata Kak Putriwulan
"Oh biarkan saja . Baik kita nikmati soto dan mie goreng? Setuju?" Kataku
"Jeng! Berat kakak udah naik jadi 70kg." "Hahahaha" Kantin ramai suara gelak tawa kawan-kawan yang duduk di katin. 
-
Dosen satu ini kurasa tak harus mengajariku lagi. Aku takut dia sedikit, dendam. 
Alamak mati tugasku. Baru ku buat. Sial dikumpul. Seketika wajahku pucat pasi. Ku tarik nafas berupaya menenangkan diri.
"Kau pucat!" Ejek Sam dengan tertawa kecil sambil menutup mulutnya di lanjutkan dengan Ef. "Dan kau tak pernah begini. Kau lempar saja kertas itu."
"Gila!" Nadaku sedikit tinggi. Taktahu kenapa aku merasa takut. Aku malu saja. Hanya resep Tradisional aku tak buat. Memalukan.
Yes pelajaran selesai. Aku bahagia. Wajahku kembali seperti biasa. Cantik. Jelas dong. Hahah tidak biasa saja. 
"Wajah pada segar semua." Suara Sam dan Ef bersamaan.
"Biasa saja akh aku gak tuh ya alah alay." Jawabku sambil megemas buku dan pena. Bohong diatas mejaku hanya ada selembar kertas. Tulisan untuk mu. Ya buat kamu. Terserah pokoknya mejaku rapi. 
"Dan hey ! Mataku kecil sebelah." Rengekki.
"Tidak tahu!" Suara Sam melengking.
"Ah Sam tolong lah liat ini dengarkan aku cepat."
"Tadi kami berdua ngajakin bicara tapi kau bilang alay. Rasakan sekarang."
"Heeheh maaf."
Aku pergi dengan wajah semringah. Lepas senyumanku. Bahagia. Kurasa kau juga bahagia disana. Yap tanpa aku. Mungkin bersama dia. Ntahlah aku masih bingung. 
-
Jalanan ramai, panas sekali. Menyengat sampai ke jangat kulit. Terus ku gas motor meticku. Dari SMP motor inilah yang menemani ku. Yaps hanya bermain. Panjang kisahnya aku bisa mengendarai motor hingga semacam ini. 
Rumah ku tak begitu jauh. Hanya kadang aku yang membuatnya jauh. Berkeliling kalo aku lagi mau saja. Tidak. Kalo aku bersama sahabatku. 
"Assalamualaikum." Salamku sambil membuka pintu rumah.
"Waalaikumsalam." Jawab bapak.
"Ibu mana pak? Adek?"
"Dikantor, belum pulang. Tadi pergi ke sekolah."
"Udah makan pak?"
"Makanya masuk kedalam dulu baru introgasi."
"Hehehe"
Aku melepas sepatu dan kaos kaki ku. Berjalan ke arah dapur dan membuang tas yang ku kenakan ke dalam kamar. Aku berlari ke kamar mandi.
"Air mati." Jerit bapakku. Sial kenapa harus mati . Aku harus mandi karna sungguh gerah siang ini. Ah harus kemana aku. Padahal semua harus ku selesaikan. Video, karton penuh tulisan dan gambar. Semua belum ku laksanakan dan ku kerjakan dengan maksimal. Gugup. Lupakan saja. Barangkali dia tak mengharapkan semua itu dariku. Mungkin dari perempuan lain yang dia tunggu. Dan itu bukan aku. 
"Kenapa mati sih pak?" Tanyaku sambil merapikan rok kampus ku.
"Gilaran. Mungkin tak tau juga."
"Terus gimana mandi?"
"Tingg mandi pakai air."
"Hahaha". Aku masuk ke kamar membersihkan diri. Mengganti baju. Hawai. Ya tanpa ku jelaskan mungkin kalian paham. Kaos oblong dan celana cingkrang gedobrong. Oke bebas. Aku mulai membongkar tasku. Merogoh handphone ku. Dapat. Ku lihat kontak di bbm ku. Ada dia disana. Ku sapa? Tidak. Aku malu sangat malu takut juga. Mungkin kalian bisa bilang aku gila. Tapi imajinasiku masih keras dan kuat tentang dia. Bagaimana tidak. Tapi tenanglah. Setelah bingkisan itu ku serahkan. Dan aku janji. Perlahan akan ku lupakan. Tidak seutuhnya. Tak ku risaukan lagi. Karna ku tahu sudah. Dia tidak menginginkan ku. 
Aku teringat dengan mas Zein, sodara. Karna seiman hehe. Dia pernah bilang.
"Kalo niat dan nganggepnya hanya kawan. Kenapa tidak."
"Begitukah? Tak apa?"
"Kalo mas sih tidak masalah. Karna cuma kawan"
Yap, hanya kawan. Sekedar kawan dan bukan lawan. Bagaimana bisa dia menjadi lebih dari kawan sedang pesan ku saja tak di hiraukannya. Tak penting.
Kamarku tak begitu besar. Sekarang sempit sekali. Karna ranjang dikamar depan pindah ke kamarku. 
Waktu begitu saja ku biarkan berlalu. Sama seperti ku biarkan kamu. Iya kamu , ku biarkan hidup dalam setiap gerak dan langkah ku . Walau hanya banyang semu.
"Mbak. Bapak ke kantor dulu."
"Ya bos. Hati-hati." Kataku sambil ku jabat mantap tangannya.
Giliranku berbaring di depan Tv. Menikmati acara Tv yang kurasa membosankan. Benar saja isinya gosip semua. Tak adakah acara Cartoon atau sastra? Benar. Kau tau aku suka sastra? Sepuluh. Aku sangat suka. Makanya. Sumber imajinasiku adalah kamu. Iya kamu yang disana. Kamu sadarkan? Tidak. 
Aku ingin bercerita tetapi pada siapa? Sahabatku pasti bosan dengan semua cerita ku yang hanya penuh imajinasi. Autis. Gak nyambung. Telmi. Pasti. Aku juga bosan. Mas Zein? Lagi apa? Kerja pasti. Sudahlah jangan ganggu dulu. Nanti saja. Ayoklah sejenak istirahat. 
Tidak aku masih terus berfikir tentang mu. Tak ada habisnya. Jelaslah . Karna kau imajinasiku. Dan mungkin tak bisa ku miliki. Jangan ! Jangan bilang begitu. Bisa karna aku akan selalu. Merayu-Nya.
-
Kurasa aku harus tidur. Aku ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulangtahun untuknya. Ayolah izinkan aku. Kali ini saja. Buat dia. Iya kamulah . 
Berita ini? Semua dari Mabes? Wah. Jangan-jangan ada dia. Aku Bbm sajalah. Jangan. Harusnya memang aku bbm. Yaps ku kirim pesan. Tak dibalas. Sibuk mungkin dengan kerjaannya. Atau mungkin dengan rencana-rencananya. Ntahlah. 
Aku tidur. 

Jujur saja Merpati 
Ku tak benar-benar melupakanmu. 
Juga tak serius melapaskanmu. Dari hatiki. Iya. Karna ku tahu Hati bisa berubah. 
Kau selalu dalam do'a ku. Dimana pun itu.
Dalam setiap ruang. Belum ada. Karna aku tak inginkan ada yang bisa menggantikanmu. 
Pun selalu atas izin Nya. Aku percaya. 
Jujur saja. Dan jika saat ini. Harus ku ikhlaskan engkau. Aku ikhlas. Pergilah asalkan kau bahagia. Karna penting bagiku adalah bahagiamu. 

Terimakasih buat kamu. Juga mas Zein. Yang sama sekali tak pernah bertemu tapi terasa kita sudah lama kenal.

#Jambi,17 september2015

Jarak Pandang Semakin Dekat

00.12 Posted by Unknown No comments
Pukul 22.09 Wib. Aku masih duduk berdiam diri selepas pulang dari rumah Irani dan Ulia. Sibuk mengurusi kekecewaan kepada diriku sendiri. Menghadap ke meja makan, mengupayakan untuk tidak mengingatmu bahkan menerawang keberadaanmu. Ya kamu. 
Selepas sholat maghrib tadi seseorang datang mengetuk dan memberikan salam. Adik perempuanku yang membukakan pintu. Lantas lekas memanggilku keluar kamar.
"Aih bang. Udah jadi?" Tanyaku.
"Sudah, dan ini. Eh yang ini." Katanya sambil menyodorkan sesuatu berbalut kertas putih. 
"Makasih ya bang. Tapi bener yang ini?"
"Iya, bener yang itu. Karna ini tandanya."
"Oke makasih lagi kalo gitu."
"Semoga suka."
"Aamiin. Semoga bang"
"Buat pacarkan?"
"Bukan. Kawan"
"Baik, abang pulang dulu ya."
Bang Ayit pergi dan berlalu. Aku masih di depan pintu memandangi bingkasan yang diberikan nya padaku. Aku masih ragu, ku rasa di simpan saja. Jangan diberikan, malu. Aku kembali duduk diposisi semulaku sebelum aku pergi meninggalkan rumah untuk keluar membeli obat dan kerumah rani. 
Dipojok kasur, jari-jemariku masih terus asik berjalan diatas layar handphone ku. Membaca sesekali aku tersenyum. Teringat keakrabanku dulu bersamanya. 
Suasana kamar hening. Karna cuma ada aku disana yang masih betah setangah duduk dipojok kasur. Bbm, Line, WA terus silih berganti memasuki inbox. Tak ku hiraukan , karna ku rasa. Aku harus tuntas membaca sesi yang ini. Tak lama khayalanku terpecahkan karna lantangnya suara ibu.
"Jeng! Jam berapa lagi mau keluar." Kali ini badan ibu pun ikut berbalik arah memandangiku.
"Iya . Sekarang." Aku segera memakai sweater ku dan hijab. Cepat mengambil kunci motor. Eh yaps sebelum itu aku membalas di BBM Group bahwa aku akan kerumah Putri. Pas. Aku tiba dirumah Putri. Saat itu adzan Isya' . Oke baiklah aku tunggu selesai adzan dan kemudia pergi ke apotek. Sepanjang jalan aku bercerita tentang kenapa aku sedih dan ingin menangis tetapi gak jadi. 
"Itu biasa. Puput juga ngerasain hal yang begitu." Katanya sambil memegang pundakku.
"Tapi Put, dan ini sakit sekali. Ku rasa aku adalah pecundang. Kenapa sekarang jadi susah sekali."
"Sabar. Mungkin nanti ada waktunya."
"Mozaiknya udah jadi."
"Terus?"
"Taruh dirumah Puput aja ya."
"Ha? Iya deh"

-
Obat sudah ku dapat, begitu juga dengan keripik singkong sudah ku beli. Jalanan Jambi saat ini kabut sekali. Tidak, sedikit berkurang dari yang biasanya. Namun tetap sesak. Kali ini sesak di hati bukan di paru .
Jarak apotek dan rumahku tak begitu jauh. Pun dengan Swalayan. Kira-kira 6 menit sampai. 
Sepanjang jalan aku masih terus berfikir apa yang harusnya aku lakukan. Tidak. Harusnya aku sudah tau apa. Menjauh, pergi dan hilang tak kembali. Bagus. Dan itulah caranya. Ya benar sekali. Tapi aku tak bisa! Sial.

Sesampainya dirumah. Aku pun izin dengan ibu untuk pergi sebentar. 
"Bu, mbak pergi sebentar. Kerumah Irani." Kataku sambil bergegas mengambil buku agenda dan bingkisan putih itu. 
"Jangan malem-malem pulangnya. Kenapa harus malam sih?"
Aku terus berlalu .
"Bu pergi Assalamualaikum." Tak ku dengar jawaban dari ibu dan pasti aku tau ibu tak menjawab atau dalam hati? Ntahlah ku rasa tak begitu penting dan aku harus pergi agar aku tak begitu terfikir atas apa yang membuat aku kecewa. Semakin ku fikir aku semakin merasa bodoh. 
Biasanya setiap jalan celotehan ku terus kencang sekencang motor melaju. Dan Putri selalu mendengarkan. Dan aku bahagia. Selalu terjadi seperti ini. Malam menunjukan pukul 19.50 Wib. 
"Aku rasa bodoh saja jika aku terus seperti ini."
"Udah nanti ini mbk kirim aja. Dan coba mbak minta penjelasannya."
"Put, mbak tau dan itu semua gara-gara dia."
"Sssttt jangan gitu. Coba aja mbak."
"Gaklah , udah cukup. Biarin aja aaaa nanti baper."
Tak lama kemudia motorku tepat terparkir didepan pintu rumah Ulia dan Irani. Berpas-pasan dengan Pudil,Agung dan Anggun. Pas banget. Titip kerak telor dan aku mulai masuk ke dalam rumah. Kontrakan. Yaps bescamp Lemon. Gengs. Hahaha . Satu demi satu dibahas. Akhirnya bingkisan putih itu dibuka. Dan mereka bilang bagus.
Oke mungkin akan aku kirim. Dalam artian aku harus konsisten dengan prinsip awalku.
Asik makan, cerita dan terawa. Malam ini. Aku pulang pukul . 21.58 Wib. Rumah di kunci dan aku takut. Pintu tak dibuka kan. Ternyata salah. Pintu dibuka. Hore! Selamat. 👏
-
Aku masih duduk disini. Dibangku ini. Masih bercerita tentang apa yang harusnya tak aku ceritakan . Di temani suara gemercik keran di kamar mandi yang terdengar sampai keluar. Sesekali nyanyian nyamuk yang menari di dekat telingaku. Hah. 
Wajahnya beberapa hari ini selalu mucul. Seolah-olah mengisyaratkan bahwa aku tidak harus benar-benar melupakannya. Ntahlah tapi nyatanya begitu. Sore lalu dan sebelumnya serta sebelumnya lagi. Seketika aku mengaji. Wajah itu muncul. Kenapa lagi?? Ah kamu itu hanya angan bagiku. Tidak untuk kenyataan dan aku tak mau itu. Kau tau betapa sakitnya aku menahan rindu? Tidak. Karna kau tidak merindukanku. Sudah cukup ku rasa aku terlalu lebay. Entahlah. Malam ini enteng sekali aku mengetik dan membiarkan otak ku berimajinasi tentang sketsa wajah dan postrur tubuhmu. 
Sesekali terbayang manisnya senyumanmu.
Aku tahu agama kita tidak membenarkan itu yang namanua Pacaran. Tidak . Aku tak ingin kau jadi pacarku. Tapi imamku. Harusnya kau tahu itu. Aku tak benar-benar melupakanmu. 
Aku sibuk menggaruki jempolku yang ku biarkan nyamuk menghisap darahku. Bagaikan aku membiarkan diri ini terhipnotis oleh pesonamu. Ntah mengapa aku hanya ingin kau tahu bahwa aku disini selalu menunggumu.
Aku masih diam. Dan tiba-tiba.
"Jeng!" Suara ibu
"Iya bu?" Sahutku
"Ngapain?"
"Nulis."
"Bantu ibu sebentar"
"Iya"
Aku segara meletakkan handphone ku di atas kursi dan mendatangi ibu dengan segala keperluannya.
Aku melanjutkan tulisannku. Jujur saja dulu aku juga pernah jatuh cinta. Tapi tidak seperti ini. Aku gampang untuk bilang kalo aku suka dan aku tak pernah memikirkan apa resiko ke depan nanti. Tapi sekarang? Tidak. Untuk menyapa saja aku takut. Apalagi berbicara seperti itu. 
Jambi di landa kabut asap dan aku dilanda kabut rindu. Kurasa hal wajar karna cinta itu Fitrah bukan? Aku takkan pernah bilang padamu bahwa aku mencintaimu. Tapi aku akan selalu datangi si pemilik hati. Akan ku rayu Dia agar nanti bisa disandingkan denganmu. 

Merpati #1
Kau adalah apa yang aku inginkan. Dan ku mohon kau tahu aku sedang manantikan kedatangamu. Di singgasanaku.
Aku tak ingin apa yang sedang aku fikirkan terjadi kemudian , kau pergi hilang lalu tak kembali.
Ntahlah..
Yang pasti aku akan ikhlas..
Karna ku tahu kau pasti untukku. Atau mungkin untuk dia yang nanti akan kau temui walinya.
Ku cukupkan sampai disini. 
Aku adalah perempuan yang menantimu. Ntah di dunia saja atau nanti Disana di tempatNya.

#Jambi,16 september 2015