Kamis, 17 September 2015

Cemas , Kikuk Dan Kabut Asap Masih Setia

05.18 Posted by Unknown No comments
 Setalah semalaman berdialog sendiri sebelum tidur. Aku terbangun kembali pukul 05.00 Wib. Tepat setelah 5 menit alarm ku berbunyi dan suara ibu yang membuatku terkekeh.
"Mau sebesar apapun Alarm yang kau nyalakan jika tak niat bangun takkan bangun." Katanya sambil berkecak pinggang di depan pintu kamarku.
"Taraaa aku bangun." Aku bergegas keluar kamar menuju kamar mandi. Segera menggosok gigi dan mengambil wudhu. 
Dingin sekali. Sungguh sampai sakit perut. Tak bisa ku tahan . Selalu begini setiap pagi. 
Waktu terus berlalu. Aku tak bangun sahur dini hari tadi. Tak puasa juga. Karna dari siang kemarin aku hanya makan kerak telor. 
-
"Selamat pagi!" Sapaku pada teman-teman yang duduk di koridor kampus.
"Pagi jeng." Jawab mereka. Aku segara berlalu meninggalkan mereka menuju kelas. Lupa. Titipan Irani.
"Mbak ajeng mana titipan Rani?" Tanyanya.
"Taraaaaaaaa!! Ini dia." Tanganku mengeluarkan sesuatu dari dalam tas
"Selalu mengagetkan. Dasaar." Gerutu Pudil sahabatku juga. Aku hanya nyengir dan berlalu pergi . Pagi ini masih seru. Pasti bahagia. Besok ulangtahunnya. Betapa senangnya aku? Bayangkan saja. Oohhh tidaaaaak. Aku membuka bungkus lolipop ku. Segera ku masukan dalam mulut dan menikmatinya dengan segala perasaan yang ku rasa dapat menenangkan jiwa.
Dosen satu persatu berjalan menelusuri koridor untuk masuk ke kelas masing-masing. Gila pagi ini dengan bu Lailan. Aku bergegas berlari menuju kelas. Ku rasa sayang kalo permen ini di buang. Baiklah ku habiskan dalam kelas akhirnya. Tidak. Aku bersuha memisahkan permen dari batangnya. Nyaris bisa tapi gagal. Syukurnya bisa ku gigit. Pecah . Lumer dan aku bahagia. 
"Gak bawa buku?" Tanya Sam
"Gak. Perlu?"
"Selalu."
"Hahaha belikan aku satu buku yang ini dong"
"Jeng, aku bukan orang kaya."
"Lantas buku ini hanya untuk orang kaya?"
"Aku nge-kost. Dan buku ini setahun sekali aku beli."
"Aku tidak kost. Tapi aku gak bisa beli buku ini."
"Punya buku pun kau takkan nyatat."
"Ha hahaha kau ini"
"Aneh! Autis! Gila! Sampah!"
"Diam hahaha belajar dimulai."
-
Pelajaran selesai. Kalian bisa bayangkan apa saja yang ku lakukan didalam kelas. Aku duduk paling belakang. Bertiga . Yaps. Sam dan Ef . Kita bertiga suka duduk bareng . Dalam kelas. Ketawa dan kadang suka rusuh. Begitulah meskipun berbeda aku tetap bisa menyamakan. Oh jangan salah berfikir. Maksudnya aku bisa mengkondisikan diriku.
Pergantian jam. Bu Lailan pergi meninggalkan mahasiswa yang berada didalam. Sedetik kemudian. Hilang kabur semua kekantin. Termasuk aku yang merindukan freshtea. 
"Apa?" Gila mana mungkin. Dan kau tau? Kalo udah begitu apa?" Kataku sambil menyedot minuman yang ditangan kananku.
"Apa? Kau gila lah ." Jawab Ella temanku.
"Tidak. Bukti nya aku baik saja woo." Beberapa berdatangan lalu pergi pulang. Kelasku selalu terakhir. Heran. Pelajaran bu Ugi? 
"Ibu bilang dia tau jadwalnya jadi jangan di panggil." Kata Kak Putriwulan
"Oh biarkan saja . Baik kita nikmati soto dan mie goreng? Setuju?" Kataku
"Jeng! Berat kakak udah naik jadi 70kg." "Hahahaha" Kantin ramai suara gelak tawa kawan-kawan yang duduk di katin. 
-
Dosen satu ini kurasa tak harus mengajariku lagi. Aku takut dia sedikit, dendam. 
Alamak mati tugasku. Baru ku buat. Sial dikumpul. Seketika wajahku pucat pasi. Ku tarik nafas berupaya menenangkan diri.
"Kau pucat!" Ejek Sam dengan tertawa kecil sambil menutup mulutnya di lanjutkan dengan Ef. "Dan kau tak pernah begini. Kau lempar saja kertas itu."
"Gila!" Nadaku sedikit tinggi. Taktahu kenapa aku merasa takut. Aku malu saja. Hanya resep Tradisional aku tak buat. Memalukan.
Yes pelajaran selesai. Aku bahagia. Wajahku kembali seperti biasa. Cantik. Jelas dong. Hahah tidak biasa saja. 
"Wajah pada segar semua." Suara Sam dan Ef bersamaan.
"Biasa saja akh aku gak tuh ya alah alay." Jawabku sambil megemas buku dan pena. Bohong diatas mejaku hanya ada selembar kertas. Tulisan untuk mu. Ya buat kamu. Terserah pokoknya mejaku rapi. 
"Dan hey ! Mataku kecil sebelah." Rengekki.
"Tidak tahu!" Suara Sam melengking.
"Ah Sam tolong lah liat ini dengarkan aku cepat."
"Tadi kami berdua ngajakin bicara tapi kau bilang alay. Rasakan sekarang."
"Heeheh maaf."
Aku pergi dengan wajah semringah. Lepas senyumanku. Bahagia. Kurasa kau juga bahagia disana. Yap tanpa aku. Mungkin bersama dia. Ntahlah aku masih bingung. 
-
Jalanan ramai, panas sekali. Menyengat sampai ke jangat kulit. Terus ku gas motor meticku. Dari SMP motor inilah yang menemani ku. Yaps hanya bermain. Panjang kisahnya aku bisa mengendarai motor hingga semacam ini. 
Rumah ku tak begitu jauh. Hanya kadang aku yang membuatnya jauh. Berkeliling kalo aku lagi mau saja. Tidak. Kalo aku bersama sahabatku. 
"Assalamualaikum." Salamku sambil membuka pintu rumah.
"Waalaikumsalam." Jawab bapak.
"Ibu mana pak? Adek?"
"Dikantor, belum pulang. Tadi pergi ke sekolah."
"Udah makan pak?"
"Makanya masuk kedalam dulu baru introgasi."
"Hehehe"
Aku melepas sepatu dan kaos kaki ku. Berjalan ke arah dapur dan membuang tas yang ku kenakan ke dalam kamar. Aku berlari ke kamar mandi.
"Air mati." Jerit bapakku. Sial kenapa harus mati . Aku harus mandi karna sungguh gerah siang ini. Ah harus kemana aku. Padahal semua harus ku selesaikan. Video, karton penuh tulisan dan gambar. Semua belum ku laksanakan dan ku kerjakan dengan maksimal. Gugup. Lupakan saja. Barangkali dia tak mengharapkan semua itu dariku. Mungkin dari perempuan lain yang dia tunggu. Dan itu bukan aku. 
"Kenapa mati sih pak?" Tanyaku sambil merapikan rok kampus ku.
"Gilaran. Mungkin tak tau juga."
"Terus gimana mandi?"
"Tingg mandi pakai air."
"Hahaha". Aku masuk ke kamar membersihkan diri. Mengganti baju. Hawai. Ya tanpa ku jelaskan mungkin kalian paham. Kaos oblong dan celana cingkrang gedobrong. Oke bebas. Aku mulai membongkar tasku. Merogoh handphone ku. Dapat. Ku lihat kontak di bbm ku. Ada dia disana. Ku sapa? Tidak. Aku malu sangat malu takut juga. Mungkin kalian bisa bilang aku gila. Tapi imajinasiku masih keras dan kuat tentang dia. Bagaimana tidak. Tapi tenanglah. Setelah bingkisan itu ku serahkan. Dan aku janji. Perlahan akan ku lupakan. Tidak seutuhnya. Tak ku risaukan lagi. Karna ku tahu sudah. Dia tidak menginginkan ku. 
Aku teringat dengan mas Zein, sodara. Karna seiman hehe. Dia pernah bilang.
"Kalo niat dan nganggepnya hanya kawan. Kenapa tidak."
"Begitukah? Tak apa?"
"Kalo mas sih tidak masalah. Karna cuma kawan"
Yap, hanya kawan. Sekedar kawan dan bukan lawan. Bagaimana bisa dia menjadi lebih dari kawan sedang pesan ku saja tak di hiraukannya. Tak penting.
Kamarku tak begitu besar. Sekarang sempit sekali. Karna ranjang dikamar depan pindah ke kamarku. 
Waktu begitu saja ku biarkan berlalu. Sama seperti ku biarkan kamu. Iya kamu , ku biarkan hidup dalam setiap gerak dan langkah ku . Walau hanya banyang semu.
"Mbak. Bapak ke kantor dulu."
"Ya bos. Hati-hati." Kataku sambil ku jabat mantap tangannya.
Giliranku berbaring di depan Tv. Menikmati acara Tv yang kurasa membosankan. Benar saja isinya gosip semua. Tak adakah acara Cartoon atau sastra? Benar. Kau tau aku suka sastra? Sepuluh. Aku sangat suka. Makanya. Sumber imajinasiku adalah kamu. Iya kamu yang disana. Kamu sadarkan? Tidak. 
Aku ingin bercerita tetapi pada siapa? Sahabatku pasti bosan dengan semua cerita ku yang hanya penuh imajinasi. Autis. Gak nyambung. Telmi. Pasti. Aku juga bosan. Mas Zein? Lagi apa? Kerja pasti. Sudahlah jangan ganggu dulu. Nanti saja. Ayoklah sejenak istirahat. 
Tidak aku masih terus berfikir tentang mu. Tak ada habisnya. Jelaslah . Karna kau imajinasiku. Dan mungkin tak bisa ku miliki. Jangan ! Jangan bilang begitu. Bisa karna aku akan selalu. Merayu-Nya.
-
Kurasa aku harus tidur. Aku ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulangtahun untuknya. Ayolah izinkan aku. Kali ini saja. Buat dia. Iya kamulah . 
Berita ini? Semua dari Mabes? Wah. Jangan-jangan ada dia. Aku Bbm sajalah. Jangan. Harusnya memang aku bbm. Yaps ku kirim pesan. Tak dibalas. Sibuk mungkin dengan kerjaannya. Atau mungkin dengan rencana-rencananya. Ntahlah. 
Aku tidur. 

Jujur saja Merpati 
Ku tak benar-benar melupakanmu. 
Juga tak serius melapaskanmu. Dari hatiki. Iya. Karna ku tahu Hati bisa berubah. 
Kau selalu dalam do'a ku. Dimana pun itu.
Dalam setiap ruang. Belum ada. Karna aku tak inginkan ada yang bisa menggantikanmu. 
Pun selalu atas izin Nya. Aku percaya. 
Jujur saja. Dan jika saat ini. Harus ku ikhlaskan engkau. Aku ikhlas. Pergilah asalkan kau bahagia. Karna penting bagiku adalah bahagiamu. 

Terimakasih buat kamu. Juga mas Zein. Yang sama sekali tak pernah bertemu tapi terasa kita sudah lama kenal.

#Jambi,17 september2015

0 komentar:

Posting Komentar