Diluar jendela terlihat bahwa angin sedang kencang-kencang nya dan sudah mulai rintik hujan. Waktu menunjukan pukul 16.05 WIB namun awan terlihat muram. Ia begitu kelabu.
"Yes hujan! " kataku sembari menari dan tersenyum.
"Ahh kau ini selalu seperti itu, nggak takut bakal sakit?! ". Celoteh salah satu teman nya sembari meletakan keranjang obat dan status rekam medis pasien.
Hujan selalu membawa cerita seru yang menjadikan ku lebih dari baik. Kala itu aku terjebak dengan seorang pria yang memang ku kenal tapi belum ku ketahui dirinya. Ia merangkulku dengan hangat dan nyaman. Tangan nya menggenggam tanganku dengan penuh kepercayaan.
"Nay!! Hoyy Nayaaaaa!! " teriak senior yang sedari tadi menyodoriku resep obat. "Kamu kenapa sih? Terlalu Cinta hujaan!? "
"Eh hehehe, iya sebab hujan mampu menyembunyikan segala tentangku. Aku bebas melakukan apa saja, berlari, berteriak bernyanyi bahkan menangis sekali pun ia tidak mengejekku".
Ku rasa ini sudah sangat lama aku tidak lagi berimajinasi seperti biasa nya. Sejak saat ia mengatakan bahwa aku sangat berbeda dengan kenyataan. Bahwa aku egois. Aku ingin sekali menangis saat itu namun aku berat. Aku terlalu bahagia dengan dia ada disisiku. Namun belakangan aku menyadari bahwa apakah dia tidak benar-benar membutuhkan ku?
Kurasa hari ini adalah hari yang takkan bisa ku lupakan.
Aku bebas memesan mie instan rebus dengan telor setengah matang dan badrek dengan banyak susu serta kocokan telur nya. Lalu kemudia langit menjerit , petir menyambar. Seketika ia langsung memeluku dan mengajakku untuk pulang. Sayangnya hujan turut andil dalam hal seromantis ini. Kita berteduh dihalaman rumah orang tepat di pinggir jalan. Waktu menunjukkan pukul 03.00 dini hari. Lelaki dan perempuan paruh baya menghampiri kami berdua.
"Eh pak? Maafkan kami, hmm kami hanya numpang berteduh." kata pria disampingku kepada bapak yang tengah memergoki kami.
"Eh iya nak, nggak masalah. Hujan nya deras sekali berteduh lah dulu." jawabnya
"Kalian baru menikah? " sambung istria perihal melihat jemari kiri ku penuh dengan inai.
"Eh heheh ibu." wajahku pucat pasi
"Iya bu, belum menikah sih sebenernya tapi do'akan ya bu tahun depan kami menikah ini baru tunangan." jawab pria disebelahku sambil menggenggam jariku.
Rasanya jantungku mau copot. Apa tahun depan itu artinya ia akan menikahi ku?? Oh singguh aku tak ingin cepat pulang.
"Maaf ya sayang, jadinya kita kehujanan pasti ibu dirumah cemas." raut wajah nya masih ku ingat sebab aku senang sekali merekam wajahnya dan ku bawa hingga mimpi.
Namanya wawan. Lelaki yang sejak malam itu aku mencintainya lebih dalam dan tanpa alasan. Dengan berapa ribu alasan bosanpun aku takkan meninggalkan nya.
Waktu berlalu dengan cepat tak sadar hubungan ini sudah berjalan lebih dari 3bulan ambang batas yang diluar dugaan. Benar sekali aku tidak pernah sejatuh Cinta ini. Dan aku berjanji bahwa aku mencintainya lebih dari 75% logika ku.
Hari demi hari ku lewati bersamanya.
"Nayaaaa!! Heheh oh iya aku mau nanya dong boleh ya? ". Dengan wajah yang bersisa sejengkal perempuan yang berada di depan ku ini namanya Pratiwi.
"Ehhh kamu ini, mau nanya apa? Kebiasan sekali hahah nanti suka padaku loh jangan terlalu dekat. "
"Kan abang ikut club tuh, emang tiap malam minggu ada kumpul ya? Pernah di ajakin gak? "
"Iya tiap malam minggu kumpul hahaha, tapi gak pernah diajak tuh. Kenawhy?" . Setalah pertanyaan nya dijawab keadaan hening seketika . Perempuan ini terlalu sering mengeluhkan hubungan nya dengan ku hmm aku jadi terharu dan juga bete sih sebenarnya. Cuma ya tiap orang pasti beda caranya menjalankan hubungan nya.
Untuk kali ini aku sangaat bahagia bersama dia, iya dengan senior ku. Meskipun aku tahu banyak diluar sana omongan jelek tentangnya aku tidak peduli yang aku tahu dia milikku saaat ini, nanti dan seterusnya. Dan aku akan membuatnya jatuh Cinta padaku, hari ini, esok dan seterusnya. Percayalah kau akan rasakan itu mungkin bukan saat ini, besok atau lusa. Suatu saat nanti.
Sejak hujan dibulan Purnama itu, aku terlalu mencintaimu dan aku akan selalu berada disampingmu sebagaimana kamu minta kepada ku dalam keadaan apapun kamu.
Senin, 05 November 2018
Jumat, 14 Juli 2017
Bulan dimalam ke-15 Juli
Aku tidak yakin dengan apa yang sedang aku rasakan saat ini, sebab ada beberapa hal yang harus aku sendiri yang mempertimbangkan nya.
Bukan juga perihal gampang untuk menafsirkan suatu keadaan dimana saat itu bukanlah waktu yang tepat.
Malam ini, kurasa langit tak menampakan cahya bulan nya. Hanya ada beberapa titik cahaya yang diwakil kan oleh bintang. Kecil memang namun dapatlah untuk memperindah suasana langit malam ini .
Apa rasanya hidup tanpa cinta dan kasih?
Apakah kau merasakan nya?
Hidup dengan sejuta topeng yang dimana saat kau membutuhkan nya maka,dengan sigap dan cepat serta cekat kau harus pandai mengalokasikan nya .
Saat-saat dimana kau sedang berpura-pura untuk bahagia dan terlihat baik-baik saja.
Malam ini bulan ke limabelas di bulan Juli. Suasana malam yang pekat, namun tidak hangat. Dingin.
"Bu, aku rindu. Rindu dekap hangat dari peluk mu dan canda tawa yang selalu kau berikan untuk ku. Kala sore ketika aku pulang dari sekolah." gumam ku lirih dipojok tempat tidur.
Kerap kali air mata ku tanpa permisi mengalir dipipi bagaikan hujan yang dengan tiba-tiba turun tanpa harus izin terlebih dahulu sama penduduk dimuka bumi. Aku rindu.
Malam ini, adalah malam kesekian kali nya aku merasakan bahwa aku adalah orang asing pada orang yang sangat dekat denganku.
Ayah. Aku pun merinduimu walau kita berada sejengkal saja.
Jumat, 28 April 2017
Aku dan segenap perasaanku
Belalang kupu-kupu.
Jika demikian nyanyian untuk anak kecil,
Bagaimana dengan keadaanku.
Adakah nyanyian Indah untuk membangkitkan semangat hidupku, walau secuil?
Ada beribu tempat yang mampu menghilangkan penat,
Namun kurasa dekapanmu adalah tempat ternyaman untukku berkeluh kesah.
Sebab dengan mu aku tak perlu mengubah kebiasaanku.
Denganmu aku bahagia.
Tuan, mungkin harus kau ketahui bahwa aku mencintaimu dengan segenap jiwa dan ragaku. Tuan, sebaiknya kau pahami keadaan saat ini jiwaku kadang melemah ragaku kadang tak setegar Batu karang.
Kau kerap kali menghempaskan dan melambungkan nya.
Namun, adakah Tuan tau bahwa pilu di hati ini masih membekas ?
Adakah Tuan paham mengapa bisa begitu?
Tuan, diri ini hanyalah insan biasa.
Yang tak akan lepas dari segala salah dan dosa.
Namun, cintaku padamu sangatlah tulus dan tanpa pamrih.
Tuan, inilah aku dengan segenap perasaanku untuk mu.