Minggu, 05 April 2015

Bunga terakhir

20.03 Posted by Unknown No comments
"Pada dasar nya kita akan selalu menemukan yang namanya titik jenuh dan pada saat itu yang kita ceritakan hanya hitam putih kehidupan. Kembali adalah hal yang paling indah. Kembali pada Nya yang memiliki kekuasaan diseluruh jagat raya." 
Namaku Bintang, sebentar lagi hari kelahiran ku tiba. Aku anak pertama dari tiga saudara. Ya, aku senang sekali jika di panggil Bintang atau Mae. Ntah mengapa tapi itulah adanya. Aku memiliki banyak teman dan sahabat. Lemon. Itu lah sahabatku. Kami bertigabelas orang. Dua diantara kami adalah laki-laki. Kompak? Sudah jelas pasti, tapi satu sama lain juga tidak memiliki pemikiran yang sama. Yang menyatukan kami hanya lah kehumoran, suka makan suka bernyanyi dan suka bergilaan di manapun kita mau.
"Apa yang kalian lakukan? Tahu kalian akan hal yang kalian perbuat saat ini?"  suara salah satu panitia pihak kampus memarahi kami panitia acara.
"Tidak ada yang kami lakukan hanya memakan buah yang dibawa masing-masing maru pak." Jawabku datar sambil memandangi pesat bola matanya. 
"Alasan! Sekarang kalian keruangan saya. Dan kalian maru bubar." Peritntahnya sambil menjuk-nunjuk kearah kami yang berada dikelas saat itu.
Keadaan kelas hening. Aku yang dari tadi mengelal gengam perlahan ditenangkan oleh ika. Rekan kerja ku saat itu. Aku ,Ika dan Samuel berjalan keluar kelas tanpa aba-aba. Para maru masih diam ditempat dan menghabisi buah yang ditangan mereka.
-
"Kalian tahu apa bahaya bagu para maru?" Salah satu panitia pihak kampus berbicara.
"Maaf sebelumnya bu. Kita tidak menyuruh mereka untuk makan buah teman mereka. Hanya saja perlakuan tangan yang menyilang membuat salah kaprah oleh pak Anggi." Tuturku sopan tanpa meninggikan ucapanku.
"Kenapa harus seperti itu. Apa tidak ada cara lain?"
"Hanya untuk kesenangan dan differensiasi." 
-
Kegiatan ospek berjalan lancar sampai hari keempat. Malam ini malam keempat. Malam pertama kejahilan untuk pagi besok dimulai. Beda "maru" beda panitia. 
Di dalam bescamp maru sibuk mencari barang-barang yang diberi tahu oleh panitia. Di tempat yang berbeda panitia lagi sibuk menyusun daftar acara untuk besok paginya. 
Malam menunjukan pukul 20.30 wib. 
"Hallo kak dimana?" Suara adik tinggkat di ujung telpon.
"Hallo kk lagi dijalan mau ke bescamp kalian. Udah siap?" Jawabku memastikan keadaan mereka.
"Udah kak oke kalau begitu kak kami tunggu." 
"Makan dulu yang belum makan ya."
Panita ospek berkumpul masing-masing mendatangi adik asuhnya. Bercerita  tentang kegiatan mereka ospek tahun lalu. Ada suka ada duka. Saling berbagi pengalaman dan saling membatu satu sama lain. 
Jam menunjukan pukul jam 03.00 wib dini hari. 
"Dik setelah ini jangan ada yang keluar dari bescamp ya." Kataku kepada seluruh adik asuh malam ini.
"Iya kak, tapi kalau ada barang yang tidak lengkap?" Jawab salah satu adik asuh bertanya.
"Yang dibawak apa ada nya aja." 
-
Semua bubar, semua panitia pulang ke bescamp. Satu dirumah Agung , satu lagi dirumah Ika dan satu lagi dirumah Joko. Kebetulan ada 9 orang yang tidur dirumah Agung dan sisa nya dirumah Joko dan Ika. Dari 9 orang itu salah satunya adalah aku. Malam ini aku tidur di kursi ruang tamu rumah Agung. Tidur diantara himpitan motor teman-teman yang lain. Tidak seperti biasanya aku tidur gabung bersama teman wanita yang lainnya. Di kursi bagian kiri ada Agung yang juga tidur diantara himpitan motor. 
Baru 15 menit tertidur aku dibangunkan oleh Agung. 
"Bi, bangun !! Irgi dan Samuel kecelakaan!" Teriak Agung membangunkan ku. 
"Astaghfirullah!!" Mata ku langsung berair dan tanpa aku sadari aku menangis.
"Cepet bangunin Kiki minta uang."
Dalam keadaan bingung aku berusha membanguni Kiki bendahara . Namun tiada respon. Diluar rumah, Agung sedang menyiapkan mobil dan menyiapkan apa yang dibutuhkan. 
Setalah aku mendapatkan dompet yang berisi uang aku bergegas keluar rumah dan memasuki mobil. Air mataku berlinang tanganku tak lepas memegangi tangannya bang Idhil. Sesekali aku beristighfar menyekat air mata yang terua mengalir. Menahan amarah dan ego. Kepala ku pusing aku berusaha memejamkan mata namun sayang sia-sia. Tak juga ku dapat ketenangan.
"Tenang Bintang. Semua baik-baik saja. Kita berdo'a untuk semua kebaikan ya." Bang Idhil berusaha menenangkan ku tangannya merangkul bahuku. 
"Yaallah bang." Jawabku terbata suaraku parau nafasku sesak .
"Nangis tidak menyelesaikan masalah Bi." Katanya lagi sambil menggenggam erat tanganku. 
Aku diam tanpa kata. Ku hapus semua bulir air mata yang tersisa. Ku atur nafas sebisaku. Ayat-ayat Allah yang selalu ku panjatkan . Seblum sampai di rumah sakit Rimbo Medika.  Mobil yang di kendarai oleh bang Irfan melaju dengan kencang. Agung yang diseblahnya terus mengawasi ku dari depan. Keadaan didalam mobil tegang. 10 menit kemudian mobil berhasil sampai dengan selamat di parkiran rumah sakit. Aku turun dan bergegas mencari teman dan adik tingkatku. 
"Permisi pak, apakah ada dua lelaki yang kecelakaan tadi?" Tanyaku dengan nada panik.
"Ada dik di dalam ruang ugd." Jawabnya sambil menunjuk kearah ruangan. Aku berjalan dengan langkah cepat mataku panas setelah menemui adin tingkat dan temanku itu. Mereka terbaring lemah di atas kasur. Tidur. Ya mereka tertidur. 
"Jangan nangis Bi!" Sergah bang Idhil sambil memegang pudakku.
Lantas aku langsung membenamlan wajahku di bahu nya saat itu. Semua administrasi telah diselesaikan. Bukti pembayaran telah di tangan. Tak lama handphone bang Irfan berdering. 
"Astaghfirullah sekarang dimana? Abang langsung kesana." Kata-katanya begitu sebelum mengakhiri telpon.
Aku bangun dari dudukku. Mendekat dan mencoba untuk bertanya. Tanpa aku tahu mereka bergegas pergi ke rumah sakit Raden Matahher. Dua orang adik tingkatku pun kecelakaan di tempat yang berbeda. Betapa sedihnya aku pagi ini. Mataku masih tertuju pada Irgi dan Samuel. Mereka belum bangun. Mata samuel di perban, tangannya luka berdarah. Aku tak sanggup melihatnya. Kepala Irgi bengkak dan dada nya memar. Aku terpukul. Saat ini lah aku baru ingat dan sadar. Segala sesuatu itu sungguh cepat terjadi. 
-
"Kamu bilang tadi jam 06.00 pagi mereka datang. Tapi ini ada jam 05.00 yang udah disini." Suara bu Halimah membuatku tertunduk.
Aku hanya diam mataku memerah namun masih bisa ku tahan bendungan air diujung mataku ini. Sampai pagi berganti siang. Masalah bermula dari anak baru. Sampai pada akhirnya 20 orang panitia terancam dropout. 
"Bu tidak bisa seperti ini. Tidak ada yang melanggar dan tidak ada juga yang menginginkan ini terjadi." Kata ku tanpa berfikir aku sedang berbicara dengan siapa.
"Tidak tetap saja kalian akan saya scorsing 6bulan." Katanya sambil berlalu meninggalkan ku dan teman yang lain. 
Teman-temanku menangis kebingunngan. Tidak hal nya dengan ku. Aku tetap mengejar dosen itu dan berisi keras memantapkan niatku. 
"Jangan nangis percaya sama aku semua bisa dilewati." Kataku sambil memagang tangan salah satu temanku yang menangis histeris. Kiki namanya.
"Tapi Bi, aku tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan saat ini tak satupun ada yang membela kita." Tangisnya menjadi wajahnya mendarat di badanku.
"Tidak ! Percayalah semua akan baik-baik saja . Ada atau tidak yang membela kita." 
"Terlalu berani kamu mengambil resiko." 
"Kita itu satu. Sakit satu sakit semua! Kita akan selalu sama-sama."
Jam terus berjalan semua teman-temanku masih terpuruk dalam kejadian semalam. Aku dan Agung yang kurang tidur memilih untuk pulang dan beristirahat sebentar dirumah. Hanya beberapa menit memejamkan mata kami langsung segar lagi. Bergegas aku mandi dan bersiap-siap untuk ke kampus lagi. Begitu juga dengan Agung. 
Teman yang lain masih berkutat dengan sibuknya masalah kecil yang dibesar-besarkan. Tak banyak yang tertawa semua murung wajahnya ditekuk semacam lipatan kertas yang lusuh. 
"Ntah sampai kapan masalah ini selesai." Ujar salah seorang temanku.
"Sabar. Selalu ada jalan untuk yang benar." Jawab salah seorang temanku juga yang duduk disamping ku. 

-
Hari terakhir tiba. Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Para Alumni membatu menjembatani kami untum berdamai dengan pihak Akademik.
Jam terus berlalu. Sedikit pun tak ada simpati antara panitia ospek dan maru. Bukan. Seluruh kakak tingkat dan alumni pun melakukan hal yang sama. 
"Bang kalau seandainya aku di DO aku kerja ajalah dengan abang ya." Kataku pada salah satu alumni kampus.
"Jadi asisten pribadi abang ya." Jawabnya sambil tertawa.
"Yaampun bang serius mah." 
"Iya serius, jadi asisten pribadi abang mau?"
"Eeet dah buseet." 
Aku melarikan diri dari kumpulan panita. Berharap mendapatkan bocoran dari alumni yang bernama bang Rambo dan bang Herry. 
Ya akhirnya dapat juga kejelasan itu. Semua ancaman hanya isu.
Aku duduk bersama bang Rayes, bang Josua dan bang Andy. Kami bercerita tentang indahnya masa kuliah pada jaman mereka. Aku tergelak . 
-
"Sepertinya abang tidak bisa membantu kalian dik. Maaf ya kalian mungkin tetap akan di DO." Kata bang Rayes menyampaikan dengan nada mendayu
"Bang!!! Jadi gimanalah nasib inangku? Kenapa bisa ginilah !" Suara Kiki menggelegar. Tangisnya pecah. Aku yang mengetahui rencana ini. Terdiam air mataku mengalir melihat reaksi teman-temanku. Ku peluk erat mereka. Lantas aku tinggalkan mereka. 
"Bang apa tidak ada sangsi lain selain Do? Kita tidak melakukan pembunuhan bang."
"Abang dan alumni yang lain udah berusha dik."
"Bang Rambo dimana? Coba telpon beliau."
"Dia diperjalanan menuju ke palembang." Ruangan menjadi kelabu. Hawa lembab terasa. Isak tangis dari mereka menjadi. Ada yang meraung. Ada yang diam-diam menyekat air matanya.
Masih dibiarkan sampai berlalu beberapa menit. 
"Aku yakin semua akan ada hikmahnya. Percaya sama aku ya wa. Kita sama-sama. Kiki dengerin aku, kita pasti bisa lewati ini." Kataku dengan wajahnya kusut mataku memerah. 
Aku terduduk termenung. Menyadari betapa indah nya hari jika kita lewati dengan selalu bersyukur. Aku tersenyum tidak terlambat aku menyadari akan indahnya nikmat Tuhan.
"Kalian tidak melihat Bintang?? Masih sibuk menangis? Tidak ada tindakan." Kata bang Rayes menunjuk kearahku. Semua mata tertuju. Wajah iseng ku keluar. Aku menyengir. 
"Dia tahu bahwa tidak akan ada yang namanya DO ! Kalian tidak marah padanya yang telah ngerjain kalian semua?" Lanjutnya sambil menarik tanganku.
"BINTANG!!!!!!" Semua suara menyeru bahkan ada yang mencaci maki. Kami semua berpelukkan. Menangis bersama. Inilah hikmah dari kejadian yang lalu. Yakinlah bahwa Allah selalu bersama kita. 

-
Semua akan kembali padaNya. Kepada Dia yang menciptakan kita dan seluruh isi dunia. Bunga terakhir. Manusia selalu memilih bunga yang terindah untuk diberikan kepada yang ia sayangi dan cintai. Bunga menjadi indah dan cantik itu tidak mudah. Sebelum ia berkembang banyak kumbang yang hinggap untuk menggoda. Tapi bunga yang sempurna takkan layu akan rayuan kumbang. 
Begitupun Allah. Kita hidup bagaikan bunga. Manakalah iman dan akhlak kita mulia. Itu bagai bunga yang sempurna. Dan itulah yang akan dipetiknya. 
Jangan takut. Semua akan menjadi bunga surga .

#ceritapendek#nyata

0 komentar:

Posting Komentar