Sabtu, 28 Maret 2015

Titip rindu buat ayah

01.17 Posted by Unknown No comments
Masih terasa embun dipagi ini. Tembus hawa dinginnya sampai ke tulang. Jum'at yang selalu dinanti hari yang selalu ditunggu. Bumi terus berputar pada porosnya. Angin berhembus kencang membawa embun kesana kemari. Lucunya pagi ini sungguh menyayat hati. Mentari terkalahkan oleh kabut nya udara. Pagi yang setiap harinya membuat ruh ini jauh lebih baik.
"Bu aku pergi. Assalamualaikum." Katanya sambil menyalami ibu dengan senyum dan sapaan yang ramah. Sekejap hening tak ada sahutan dark ibunya. Yang ada ibunya tak menghiraukan hadir dan sentuhan lebut darinya. 
-
Sentuhan embun pagi yang begitu terasa di wajahnya membuat ia tersenyum puas atas nikmat pagi yang diberikan tuhan pagi ini.
"Kak, kegiatan rohis hari ini jadi?" Tanya salah seorang adik tingkatnya di parkiran kampus. 
"Jadi insha Allah dik, kita bicara di depan kelas kakak aja ya." Jawabnya lembut dan mempercepat jalannya. Diikuti oleh adik tingkat dan teman nya yang lain. 
Acara pagi ini ialah baca yasin dan do'a selamatan. Berjalan dengan lancar musholah terlihat ramai dan tenang. Ia rasa banyak yang antusias untuk acara kali ini. "Alhamdulilah yaAllah segala puji bagimu." Lirihnya sambil mengusapkan muka dengan kedua tangannya. 
Pelajaran pagi ini berjalan dengan lancar. Walau sedikit kantuk tapi ia mampu menahan matanya untuk tetap memperhatikan penjelasan dari dosennya pagi ini. 
"Nomer 18 ayok kita review." Sontak suara itu mengagetkannya. 
"Baiklah saya akan mencoba untuk mereview hasil diskusi kita pagi ini." Jawabnya selalu siap dan jelas. Tak banyak teman kelasnya sering berbicara "kok bisa sih? Kerjaannya main dari tadi" begitulah tutur teman-temannya. Bintang yang cenderung tidak suka hidup yang monoton , cuek lingkungan, tak mau ambil pusing akan segala hal yang dilaluinya. Namun tak sedikit yang mengetahui bahwa Bintang adalah anak yang perhatian dan penyayang.
"Baiklah setelah 2jam kita belajar dapatlah kesimpulan yang telah di paparkan oleh bintang. Terimakasih." Kata dosen Manajemen Farmasinya pagi ini. 
Ia hanya tersenyum. Selalu menampilkan senyumannya. Saat apapun itu. Sesakit apapun itu selalu senyum menjadi jurus andalannya untuk memperbaiki keadaan. Seperti pagi ini. Pagi yang membuatnya rindu akan kasih sayang dan belai manja dari ayahnya.
-
"Bintang! Udah jam kosong? Ada tamu dari Bio Farma mau masuk untuk demo hep.b dan influenza." Suara agung membuat matanya terbelalak. Namun tak jua ia memperbaiki posisi duduknya. 
"Hmm. Iya kosong." Jawabnya santai masih sambil memainkan jari diatas keyboard laptopnya. 
Kelas begitu ramai antusias sekali. Bangku-bangku tersusun rapi. 5 menit kemudian tim dari Bio Farma memasuki kelas dengan penuh senyum dibibir mereka. 
"Bi pindah !" Salah satu temannya meneriaki ia yang sedari tadi asyik bermain dengan laptopnya. Hasilnya sama saja masih dengan flat face. 
"Assalamualaikum?" Lelaki itu menyapanya sekali lewat.
"Waalaikumsalam." Jawabnya datar dan segera melihat kesumber suara tadi. Alangkah terpesona nya ketika ia melihat lelaki yang menyapanya tadi. Bergegas ia pindah duduk ke belakang berbaur bersama temannya. 
Pemaparan yang disampaikan begitu menarik. Sempat terjadi debat antara dia dan lelaki itu. Untungnya lelaki itu paham. Jam silih berganti temannya yang sekelas banyak yang kecewa melihat kuku lelaki itu telah berinai. Tanda ia telah dimiliki. Termasuk Bintang. 
-
Siang ini begitu terasa rindu yang begitu menggelitik kalbu. Tak mampu terucap kata dan makna. Gadis ini diam-diam menangis. Air matanya mengalir begitu saja. Mencoba mengenang-ngenang hal-hal indah 15tahun yang lalu dimana ia masih sangat kecil. Balita tepatnya. Saat ia merayakan ulangtahun yang ke4 tahun. Ayah dan ibunya mengajak ia pergi ke taman rekreasi. Hanya sedekar berbagi canda dan tawa. Potret yang selalu ia kenang. Terbayang selalu tersimpan didalam memorinya. Setiap ia merindu setiap itu pula ia selalu membayangkan kejadian bahagia yang ia lakukan bersama kedua orangtuanya. 
"Mbak kenapa?" Tiba-tiba suara itu mengejutkannya. Dan memperbaiki posisi nya baring menjadi duduk bersender ditembok musholah.
"Tidak. Tidak kenapa-kenapa kok dik. Hanya lelah kurang tidur so sakit kepala." Jawabnya sambil menyekat air mata dan berusaha tersenyum.
"Bohong ana tahu kok kak." Gadis itu tiba-tiba memeluk erat Bintang.
Bintang hanya diam dan perlahan air matanya mengalir lagi. 
"Ayah aku rindu. Sangat rindu." Katanya dalam hati. 

-
Kerinduan yang hanya disampaikan melalui do'a dan hanya tatapan kecewa. Meskipun kita bersama namun rindu itu selalu ada.
 -

0 komentar:

Posting Komentar