Sabtu, 07 Maret 2015

Wanita perindu

20.13 Posted by Unknown No comments
Pagi ini ia jauh lebih cepat bangun tidur dari pada biasanya. 04.25 wib ia tlah terjaga dari mimpinya. 
Langit masih gelap. Namun bulan berangsur pudar cahayanya. Sejauh ini ia tidak dapat melihat cahaya bintang. 
"Kepagian sepertinya". Gumamnya sembari mengambil handuk. 
Dilihatnya kiri kanan dan seluruh penjuru dapur rumahnya tampak sama. Biasa saja tak ada sisi menarik dia rasa.
Kembali ia melangkah ke kamar mandi. Untuk meyegarkan diri. 15menit berlalu terlihat sengal bahunya. Di tatapnya dalam wajahnya memucat terlihat dari dalam cermin. Menatapi wajahnya berusaha menyentuh menggunakan jemarinya. Berkhayal. Angannya jauh terbang dari fikirannya. Wajah yang ia kenali dulu waktu itu saat ia masih kecil berumur 4 tahun saat merayakan pesta ulang tahun. Wajah sejuk seperti inilah yang mencium kedua pipi dan kening nya serta memeluk erat tubuhnya. Dulu 15tahun yang lalu. Kini wajah itu miliknya. Bagaikan pinang dibelah dua. Sungguh miril sekali ia dengan ibunya. Tak ada yang berbeda. Mungkin yang membedakan adalah tutur sapa. Ibu nya lembut sekali. Sedang ia sangat keras bagai batu. 
40 menit berlalu mengalir air mata dipipinya. Wajahnya yang pucat kini memerah. Menyadari akan hal itu Ririn kecil mempercepat mandinya dan mengambil wudhu' . Ya ririn kecil adalah panggilannya yang sekarang berubah menjadi Ajeng. Saat masuk Taman kanak-kanak ia malu memiliki nama yang sama seperti teman nya. Alhasil ia mengadu kepada mbah putrinya.
"Mbah". Katanya lirih wajahnya yang syahdu membuatnya menjadi kesayangan oleh mbah putrinya
"Oni opo cah ayu?". Jawab mbah nya sambil menggendongnya
"Aku ra gelem di paggil ririn loh mbah. Temen ku ada yang namanya itu." Wajahnya cemberut membuat tekukan didahinya.
"Lah lah piye? Yowes Ajeng wae yo nduk wes ra popo loh nama jenengan sama". Mbahnya mencoba menghibur dan menciumi pipinya.
-
"Ah aku kangen sekali". Lirihnya sambil meneteskan air mata. Kejadian itu 15tahun yang lalu saat ia duduk di bangku taman kanak-kanak. Kelas nol kecil. 

-
Jam menunjukan pukul 07.00 wib. Secepatnya ia mengambil handphone dan mengirimkan sms ke sahabatnya putri.
"Yukk kita ke kampus". Pesannya telah dilayangkan pada putri. Lama. 15 menit kemudian baru ada balasan. Ternyata putri harus membuat shake dan bersiap lagi. Meski ia udah mengingatkan namun Ajeng ya Ajeng. Ajeng adalah Bintang selalu telat. 
Tak lama putri menelpon dan menyegerakan untuk ke kampus. Selama perjalanan mereka asyik bercerita maksud dan tujuan mereka untuk ikut study tour. 
"Kalo mbak sih. Meskipun sering pulang ke jawa dan melewati berbagai universitas dan pabrik obat. Ya kali gak bisa masuk dan belajar disana." Katanya dengan nada kecewa 
"Sama pute' juga mbak. Enggak pernah sama sekali lagi. Kalo ada kerjaan juga pute' mau kerja". Jawab putri temannya menimpali dengan wajah kecewa.
"Mulai sekarang kita nabung ya put. Pasti bisa kok". Timpalnya meyakini putri
-
Sesampai nya di parkiran kampus. Mereka menyadari bahwa mereka terlambat. Alhasil mereka kabur pergi ketempat makan. Mereka memilih makan di mie ayam ceker masih dikawasan kampusnya.
Selesai makan. Mereka mencoba kembali ke kampus. 
"Dari mana?" Tanya salah satu sahabatnya
"Makan mie ayam." Jawab putri sambil melepas helm.
"Kebiasan mbak ajeng sih ke kampus engga bawa tas". 
"Hehehe males soalnya. Laper ada makanan enggak?" Selaras ia mendekat dan tertawa bersama.
"Awas mbak nanti ditnya pudil lagi emang mbak ada duit?"
"Haha iyaiya emang engga ada duit ini hihihi ya udah ke dalem yok"
-
Suasana kampus pagi itu ceria, semua mahasiswa bergotong royong dengan semangat membersihkan pekarangan kampus. Ada yang sambil tertawa, cerita, ada juga yang menikmati moment untuk berduaan . 
Semua menikmati hari yang ceria ini. Sesekali ada yang berteriak tak urung juga ada yang terkikih menahan tawa. 
Tak begitu lama jam menunjukan pukul 08.30 wib ada pemberitahuan dari pihak kampus untuk semua mahasiswa mengambil kueh yang telah di sediakan.
Pagi yang ceria dengan wanita yang terus merindu. Pagi ini pagi sebelumnya pagi seterusnya masih tetap sama tampaknya untuk seorang ajeng. 

--- 
#bercerita#menulis#belajarnulis

0 komentar:

Posting Komentar