Kamis, 05 Maret 2015

Andai Tuhan bisa ditetah

07.57 Posted by Unknown No comments
(Season2)

Bintang segera pergi mandi untuk menyegerakan sholat maghrib dan mengahadiri permintaan mama, ya walaupun ia sebenarnya sudah tahu maksud pembicaraan mama dan ayahnya.
20menit berlalu bintang keluar dari kamar mandi dan berlari menuju kamarnya diatas. Sesampainya di depan pintu kamar . Ayahnya tlah menunggu sembari berbaring menghilangkan penat.
"Sejak kapan bapak di kamar ku?" Tanya bintang seraya menjemur handuk di gantungan belakang pintu. Ya walaupun bintang awal sudah tahu tetapi hanya basa-basi yang ditawarkan bintang.
"Sejak satu jam lalu. Kemarilah bapak hendak berbicara sebentar saja". Jawab bapaknya sambil menarik bintang untuk duduk disampingnya. Suasana damai seperti ini jarang sekali terjadi. Terakhir akhir tahun 2008 lalu. 
"Kenapa? Jika pertanyaan bapak masih sama seperti yang sebelumnya jawaban mbak tetap sama. Mbak takut bapak bakal lupa sama mbak!"
"Tiada lupa seorang ayah kepada anak kandungnya sendiri". Tangan bapak memeluk bintang. Dan pecahlah tangis bintang.
"Mbak mau sholat dulu". Bintang pergi berlari menuju musholah dibawah. Letaknya persis didepan tangga disamping kamar bunda. Lagi-lagi pembicaraan dialihkan oleh bintang. 
Hari-hari bintang selalu sama yang membedakan hanyalah orang-orang ia jahili dan ia usik. Guru-guru yang memarahinya juga sama. Hanya saja beda persoalan nya. 
Hari ini lagi-lagi bintang mendapat surat panggilan untuk kesekian kali. Namun surat itu dibuang lagi dan alasan yang sama. 
-
Pagi ini bintang menjadi komandan upacara. Gagah sekali . Badannya yang tegap dan kekar. Ya akibat olahraga yang selalu ia ikuti. Terlihat benar dia seperti lelaki tampak dari belakang dan samping kanan maupun kiri. Rambut cepak yang baru ia pangkas siang minggu menambah kharisma baginya. Sepatu booth yang ia kenakan. Jam tangan ya g melingkar di tangan kanan. Tak ada sueng, gelang, cincin atau apapun yang memberi ciri bahwa ia perempuan. Semakin hari semakin ada saja ulah yang ia lakukan. 
Seusai upacara seperti biasa bintang disalami dan menyalami para guru dan kembali menuju kelas. Kebetulan bintang adalah anak kelas unggul. Dan kelasnya di belakang ruang guru. Bintang memiliki sahabat yaitu fira, reny, tasya,faras, indah, rahma, elsa dan lady. Namun yang bersahabat hingga kini hanya fira reny indah dan rahma.
Kebiasan yang dilakukan bintang yaitu duduk di belakang kelas dengan bermacam jajanan serta minuman. Tak lupa teman-teman berjenis kelamin laki-laki mendekatinya. 
Bernyanyi dan bermain musik itulah kesukaannya. 
"Razzziiiaaaaa ...." Suara dari teman-teman kelasnya terdengar nyaring. Sehingga membuyarkan kerumunan penyanyi depan wc tadi. 
"Razia apa ri?" Tanya bintang pada salah satu temannya.
"Razia handphone dan seragam lengkap bi." Jawab hori temannya yang kepanikan
"Aku enggak bawak handphone tapi aku bawa motor. Sompret baju ku enngak lengkap". Celoteh bintang tak dihiraukan oleh teman-temannya yang sedang melakukan siasat.
"Udah kumpul semua nih didalam ini? Bintang tugas kamu nih umpetin barang-barang kita". Salah satu teman perempuannya mendekat.
"Tempat pak de ". Jawab bintang langsung menggeret kiki teman di depan bangkunya
-
Jam menunjukan pukul 12.15 wib. Azan terdengar merdu yang dikumandangkan oleh temannya dari kelas lain. Berbondong-bondong temannya mengantri untuk ambil wudhu. Lain teman nya lain bintang. Bintang berlari ke kelas temannya untuk mengembalikan rok yang ia pinjam tadi pagi. 
"Eh wik makasih ya. Kamu gak sholat?" Ujar bintang sambil menyodorkan rok yang ditangannya.
"Hmm iya sama-sama bi. Lain kali bawa rok ya jadi aku gak pura-pura sakit lagi. Ini mau ke musholah. Kamu?" Jawab temannya dengan lembut penuh senyuman
"Aman, aku lupa pagi ini hari senin. Rok udah di siapin sih cuma kamu tahu sendiri kan. Enggak aku mau ke warnet aja mau main CS". Jawab bintang langsung melesat lari. 
Suka nya bintang main game. Tapi gak begitu fanatic. Zaman-zamannya maun CS dan PB . Sesampai di warnet bintang memesan nasi goreng dan es teh. 
1jam berlalu. Fira akhirnya datang menjemput bintang sekedar mengingatkan bahwa dia 5menit lagi masuk jam ekstra. 
"Bi, 5menit lagi pak simamora masuk. Udah bawak buku fisika belom?" Kata-kata fira diabaikan oleh bintang ia masih asyik di dunia game nya. Tanpa sadar fira menggeret bintang dari kabin. 
"Alaaah kamu mah. Iya aku ke sekolah lagi. Nih tolog bayarin ya". Dengan jalan yang gontai bintang menuruni anak tangga dan meninggalkan fira. Berlari mengiringi sepeda motor yang berlalu-lalang. Akhirnya bintang tepat waktu masuk pelajaran fisika. 
"Kamu dari mana?" Tanya guru fisika itu
"Dari rumah pak. Saya makan. Uang saya habis". Jawab bintang dengan nafas yang tersengal.
"Alah klise alasan saja. Berdiri didepan". Perintah pak guru itu
"Baiklah pak". Muka bintang memerah karna lelah dan malu
"Coba kamu bernyanyi".
"Nyanyi apa pak? Saya enggak bisa". 
"Lagu apa saja yang bisa menyejukkan hati"
"Baiklah pak akan saya coba. Habis itu saya duduk ya pak?". Tanpa jawaban pasti bintang bernyanyi dengan gitar alakadarnya. 
       Oh ibu damailah engkau disana , kutaburi do'a mewangi hanya dari anakmu. Kini aku hilang tempat mengadu. Oh ibu .... 
Tak kuasa bintang menitikkan air mata dan berlari meninggalkan kelas. Lagi yang dinyanyikannya yaitu untukmu ibu. Bintang berlari menuju ujug sekolah. 
-
Hujan turun dengan derasnya. Bintang masih tetap mendiam dan bermain basket dilapangan sekolahnya walaupun teman-temannya mengingatkan bahwa besok masih sekolah bintang tak mau mendengarkan. 
"Sudahlah jangan menangis. Dan hentikan permainan ini!" Salah satu temannya menyusul dan membuang bola itu dari lapangan
"Apa sih!!"
"Aku tahu tapi tidak seperti ini caranya"
"Jangan sok tahu dan pergilah tingfalkan aku"
-
Baju bintang basah dan kotor. Buru-buru ia merendam pakaian nya kedalam baskom dan mencucinya menggunakan mesin cuci.
Hari itu tepat satu tahun kepergian ibunda tercintanya. 
Rumah ramai dipenuhi tamu undangan untuk yasinan. Mulai dari sanak sodara kerabat dekat dan tetangga yang jauh sampai yang dekat.
Bintang keluar kamar dengan pakaian rapi, teman-temannya duduk disalah satu sisi. Tak henti bintang menutupi kesedihannya.
-
Sebulan berlalu. Pertanyaan bapak masih sama. Masih meminta izin untuk menikah lagi.
Andai tuhan bisa ditetah. Aku tak ingin seperti ini. Sejatinya yang hidup akan mati dan kematian itu tidak tergantung dari harta tahta yang kita miliki. 
"Apa bapak mau nikah besok pagi!" Suara tangis bintang tersedak. Setalah beberapa hari lalu diizinkan ayahnya ingin menyegerakan nya. Tak lama sehari sesudah diberikan izin. 
"Iya. Bapak janji bapak tidak akan melupakan mbak. Bapak sayang mbak. Bapak tahu apa perasaan mbak. Mbak takut perhatian bapak cuma ke ramadhani kan? Tidak nak. Karna mbak kan anak bapak." Bapaknya berusha menenangkan bintang. Namun bintang tetal keras dan menangis bintang berlari ke pinggir jalan. Bapaknya berusha mengejar dan memeluk bintang lebih erat
" kalau begitu ya sudah bapak batalkan saja pernikahan ini". Suara bapak berat dan mata nya berkaca raut mukanya memerah.
"Bapak janji ya". Suara isak bintang pilu melihat ayahnya begitu
"Iya bapak janji" kini pelukan itu dibalas dengan pelukan sayang dari bintang. 




*bersambung*

0 komentar:

Posting Komentar