Waktu begitu saja menghantuiku. Sejak tadi aku juga belum bisa tidur. Sekarang pukul 00.28 Wib. Dini hari, 19 September 2015 sunyi sekali. Ibu bapak dan adik ku semua sudah tidur. Tidak dengan aku yang dari tadi masih memikirkan dia. Dia yang tidak pernah mencoba untuk memikirkan ku. Hmm biar saja, karna mikir itu sungguh menguras energi. Kurasa cukup hanya aku yang merasakan itu.
Aku masih sibuk dengan layar gadgetku. Membiarkan jari ini menari diatas layarnya. Menjamaah segala aplikasi yang ada, mulai dari line,bbm, path, Ig dan ini aku menulis tentang dia lagi.
Tak jarang nyanyian nyamuk menemaniku, suara jangkrik yang menginginkan hujan. Namun hujan tak juga turun.
"Hampir saja aku lupa, aku ini bukan siapa-siapa." Kataku pada diri sendiri. Bodoh sekali .
Ya jujur saja aku menulis ini dengan segenap rasa rindu yang tentu saja tertuju. Tidak aku akan menuliskan tentang dia sampai nanti , esok dan selamanya. Tidak semata-mata hanya tentang dia tidak. Andaikan dia tahu. Tak harus tahu ku rasa.
Dingin semakin menyelimuti tubuh yang sudah meringkuk ini. Mecari-cari kehangatan supaya kantuk cepat datang. Nyatanya tidak, mataku masih saja segar seoalah aku sedang menantikan sesuatu yang tak mungkin terjadi.
"Aku berharap kamu ada, sungguh aku rindu." Mataku perlahan mulai meredup. Menutup membiarkan mimpi merajai diri.
-
Kesiangan lagi. Jelaslah tidur jam berapa aku semalam. Kalian pasti semua sudah tidur saat aku masih terjaga. Pasti. Aku tidur jam dua pagi.
"Put mbak nebeng pagi ini ya." Kataku
"Iya mbak nanti pute' jemput." Jawabnya.
Aku berbenar diri, membereskan kamar. Lalu mandi dan bersiap ke kampus. Hahaha iya tetap ngampus dan selalu ke kampus. Meskipun hari sabtu.
Lepas itu, wah ada line dari mas zein.
"Iya sudah." Katanya
"Assalamualaikum mas Zein." Jawabku
"Waalaikumsalam, selamat morning good pagi."
"Wahh jangan lupa beri kebahagian pada yang lain. Dah hapal keknya."
"Ucapan semangat. Hehehe"
"Yowes kerjokerjokerjo"
"Oke."
Aku bersiap seperti pagi-pagi biasanya. Mengenakan seragam olahraga, sepatu sport run. Warna abu-abu kombinasi ungu. Tatobag Vespa. Masih dengan niat yang sama, harus nya aku sadar bahwa tidak seharusnya begini. Sudahlah lupakan. Tak lama dari itu Putri datang menjemputku.
-
Sesampai di kampus , aku dapat kabar bahwa SIJ diundang di dua acara satu acaranya nanti malem dan satu lagi besok siang.
Suasana kampus seperti biasa ramai, tapi tak ada dosen kampus alias hanya ada dosen dari luar.
Pagi ini aku belajar bahasa Indonesia. Yaps. Lepas pelajaran
"Pak maaf gimana caranya masukin tulisan atau memuat tulisan dalam koran dan majalah ya pak?" Tanyaku
"Buatlah tulisan yang bisa di baca seperti riset tentang obat. Nanti berikan ke bapak biar dibaca dulu lalu nanti bapak bantu masukan." Jawabannya membuat aku senang. Tapi aku harus memaksakan otak untuk menulis yang bukan karakterku.
Hari terus berlalu, semua relawan menanyakan kepastian untuk acara nanti malam. Ku fikir biarlah ku ajak Putri.
"Dek nanti kita ke RC kafe ya. Ada acara stand up comeedy." Kataku sambil memasukan buku dan pena kedalam tas.
"Jam berapa mbak? Bebas sih."
"Jam 7, sampe jam 9 malem."
"Oke kabarin aja mbak."
Wakti menunjukan pukul 12 siang, kami melaju pelan . Sepanjang jalan aku hanya diam sesekali bernyanyi mewakili isi hati. Sesampai dirumah. Aku hanya tiduran dan mempersiapkan diri untuk menghadiri acara resepsi abang sepupu menikah.
-
Pukul 17.50 Wib.
Aku bingung putri gak ada jawaban. Harus pergi dengan siapa? Oke baiklah aku coba menghubungi bang Jaya. Temanku juga. Siap dia bisa. Fix malam ini kita pergi ke acara stand up comedi yang lagi ulangtahun.
"Jam berapa acara nya?" Tanyanya.
"Jam 7 malam bang."
"Oke abang siap"
Tiba-tiba saat aku sedang asyik menonton Tv. Ada Suara motor di depan rumah. Aku shock. Siapa fikirku, sedang aku belum bersiap hendak pergi.
"Assalamualaikum, bu apa kabar?" Sapanya pada ibu. Aku segera berlari masuk kamar. Bersiap.
"Waalaikumsalam. Baik jay, silahkan duduk jay, ambil minum dek." Kata ibu ku.
Selang beberapa menit. Aku selesai berpakaian rapi. Malam ini aku pakai celana dasar hitam dan kemeja putih serta lengkap dengan pashmina hitam. Tanpa aksesoris, seperti biasa casual. Ah kenapa jadi deg-degan begini? Biasa saja jeng. Come on ah.
"Kok abang gak bilang sih kalo mau jalan kerumah." Gerutuku
"Janji jam berapa ?"
"Jam 7 "
"Sekarang jam berapa?"
"Heheh jam 7."
"Salah siapa?"
"Iya maaf"
Kami pamit dan pergi dari rumah. Sepanjang jalan dia bercerita tentang seorang mantannya. Aku hanya menjadi pendengat setia. Terbesit rasa bahagia mendengar dia begitu.
"Kita makan dulu ya, adik belum makan kan?" Tanya nya. Sambil mematikan mesin motornya.
"Ha? Iya" jawabku bengong.
"Bang pesan satenya 2 porsi ya." Katanya pada si penjual sate.
"Mmm tapi masih kenyang." Kataku sambil menarik bangku.
"Abang beli teh botol dulu. Duduk disini."
"Iya. Jangan lama-lama"
Dia pergi dan berlalu. Sungguh bahagia. Aku tak bisa menceritakan. Sudah berapa lama aku dan dia tidak ketemu. Dan sekali ketemu, dalam keadaan sama-sama sedang sendiri. Ah ! Sial kenapa gini jadinya. Sssstt dia kembali. Sate yang dipesan sudah di atas meja.
Aku mengambilkan sendok dan membersihkan nya menggunakan tissue untuk alat dia makan.
Selesai makan.
"Dek," katanya, sambil menghidupkan api rokok.
"Iya bang?"
"Abang dulu pernah suka sama teman Smk abang. Cuma belum pernah disampaikan."
"Yah sayang banget kenapa gitu? Sekarang?"
"Karna belum sempat. Kemarin dia ada add Fb abang dan sekarang Smsan."
"Sampaikan saja masalah ditolak belakangan. Karna perempuan itu pasti liat pengorbanan."
"Sejauh ini responnya positif. Dan besok abang mau ambil cuti biar bisa ke padang."
"Dia di padang?"
"Iya. Menurut adek? Gimana?"
"Bang, kan abang yang ngerasain. Bagus sih kalo emang maunya gitu." Kalian tahu? Saat aku ngomong sok dewasa gini ada sedikit kebodohan yang aku lakukan.
"Iya niat nya akhir tahun ini."
"Bagus semoga lancar bang." Kataku dan langsung mengajaknya pergi. Aku diam sejenak di atas motor yang sedang melaju menuju RC kafe.
"Jadi habis kuliah mau kerja atau kuliah lagi?" Seketika dia memulai pembicaraan. Dan membuyarkan lamunanku.
"Kerja. Merantau." Jawabku tanpa intonasi. Datar
"Gak usah merantaulah. Dijambi aja."
"Sekalian cari jodoh."
"Diluar kota?"
"Hhehe iya . Ajeng pengen kerja di industri."
"Oh baguslah kalo gitu."
Sial sampai di lokasi , bbm dan sms gak di respon dengan bang rieo. Akhirnya kita pulang.
Sampai dirumah lagi. Sempat aku meminta dia untuk memoto. Iya foto tangan kita berdua.
Cukuplah rindu
Diam tak lantas membuatku bahagia. Melaikan semakin tersiksa.
Kau datang disaat yang tepat. Ku rasa cukuplah rindu yang tahu.
#Jambi19 september2015